KOMPAS.com - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Suswantono berkeinginan untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat industri hilirisasi, bersama dengan negara anggota ASEAN lainnya.
Menurutnya, untuk mewujudkan tekad besar tersebut membutuhkan upaya yang menyeluruh dan kuat dari negara-negara ASEAN.
"ASEAN ingin mewujudkan visi ASEAN sebagai pusat hilirisasi mineral. Untuk mencapainya, delegasi ASEAN yang hadir The ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) perlu memfokuskan kembali program implementasi yang mendukung visi ini, untuk dimasukkan dalam ASEAN Minerals Cooperation Action Plan (AMCAP) ke IV," tutur Bambang.
Baca juga: Dorong Hilirisasi, PLN Tambah Daya Listrik Industri Nikel di Kaltim
Hal tersebut ia sampaikan saat membuka The 11th Joint Working Groups Meeting of The ASEAN Minerals Cooperation (JWG) and Its Associated Meetings (ASOMM) di Bali Selasa, (30/4/2024) lalu.
Bambang menilai untuk mewujudkan visi besar membutuhkan tindakan besar dan komitmen kuat dari semua negara anggota ASEAN untuk mewujudkannya.
"Diperlukan kerja sama untuk merancang kerangka kerja sama mineral di kalangan negara anggota ASEAN, agar lebih kompetitif dan tepat bagi kawasan ini," imbuhnya.
Bambang juga mengingatkan, ASEAN diberkahi dengan potensi mineral yang sangat besar, terutama mineral kritis. Oleh karena itu, ASEAN harus bisa menjadi pemain kunci untuk mineral kritis di dunia.
Baca juga: Hilirisasi Nikel Picu Kerusakan Sungai di Halmahera
Ia menilai ASEAN harus mampu memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan mineral kritis sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi regional di kawasan Asia Tenggara.
"Seperti yang dibayangkan para pemimpin kami untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat produksi global industri kendaraan listrik, potensi mineral yang sangat besar adalah peluang untuk mendorong ASEAN menjadi pusat pertambangan" ungkap Bambang.
Indonesia juga ingin mendorong partisipasi dan keterlibatan negara anggota ASEAN yang lebih tinggi pada setiap tahap.
Mulai dari pengembangan rencana aksi, program implementasi, serta evaluasi dan rekomendasi solutif untuk kemajuan yang lebih besar dalam pengembangan mineral ASEAN.
Baca juga: Pemerintah Diminta Perketat Regulasi dan Pengawasan Hilirisasi Nikel
Sebagai informasi, kerja sama mineral ASOMM, ditandai dengan pertemuan ASOMM pertama di Bali, pada tanggal 22-24 Oktober 1996. Dalam peringatan 28 tahun kerja sama, Bambang menilai ASEAN telah telah mencapai banyak hal.
"Kami percaya bahwa ASEAN masih perlu mengambil tindakan yang lebih komprehensif agar kerja sama mineral dapat lebih strategis dalam waktu dekat," pungkas Bambang.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya