Studi ini menggunakan data cuaca dan model iklim untuk membandingkan kemungkinan gelombang panas di iklim yang lebih panas saat ini dan di iklim tanpa pemanasan yang disebabkan oleh manusia.
Para peneliti menemukan bahwa fenomena El Nino hanya berdampak kecil terhadap peningkatan kemungkinan terjadinya gelombang panas.
Marghidan menuturkan, Asia memiliki beberapa kota terbesar dan dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Gelombang Panas Jadi Lebih Ganas
"Urbanisasi yang pesat ini dalam banyak kasus telah menyebabkan pembangunan yang tidak terencana, peningkatan beton di seluruh kota, dan hilangnya ruang hijau secara ekstrem di banyak kota," ucap Marghidan.
"Dia mengatakan pekerja di luar ruangan seperti petani dan pedagang kaki lima serta mereka yang berada di perumahan informal sangat rentan terhadap cuaca panas.
Penelitian tersebut juga menekankan perlunya peningkatan program peringatan dini dan perencanaan gelombang panas.
Mariam Zachariah dari Imperial College London, yang merupakan bagian dari tim studi, mengatakan dunia perlu bergerak bersama melawan pemanasan global.
"Jika dunia tidak mengambil langkah besar yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengurangi emisi dan menjaga pemanasan hingga 1,5 derajat celsius, panas ekstrem akan menyebabkan penderitaan yang lebih besar di Asia," jelas Zachariah.
Baca juga: Alarm Krisis Iklim, Suhu China Tembus 52 Derajat, AS Dilanda Gelombang Panas Ekstrem
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya