Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keanekaragaman Hayati Bakal Bertambah, Banyak Lokasi Belum Dieksplorasi

Kompas.com, 16 Mei 2024, 18:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan bahwa Indonesia merupakan mega biodiversity country, atau negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. 

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko menyampaikan, jenis keanekaragaman hayati Indonesia akan terus bertambah. Sebab, masih ada sejumlah lokasi yang belum dieksplorasi. 

"Kita tiap tahun juga melakukan eksplorasi ke tempat-tempat yang kita sebut sebagai blind spot, jadi lokasi-lokasi yang memiliki keanekaragaman hayati tapi datanya belum lengkap atau belum banyak dilakukan eksplorasi," ujar Satyawan.

Baca juga: Banyak Satwa Indonesia di Luar Negeri, KLHK: Manfaatkan Protokol Nagoya

Hal itu ia sampaikan saat seminar "Keberhasilan Upaya Konservasi Hidupan Liar di Indonesia" dalam rangka Pekan Keanekaragaman Hayati 2024 di Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu (15/5/2024). 

Saat ini, berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) per 2023, terdapat 22 tipe ekosistem dan 75 vegetasi di Indonesia.

Di dalamnya ada beragam flora dan fauna, termasuk 1.821 spesies burung, 786 spesies mamalia, 66.361 spesies serangga, 3.478 spesies ikan, 1.639 spesies pakis, 24.995 spesies angiospermae atau tumbuhan berbunga, 871 spesies fungi, dan 75 spesies mangrove.

Jumlah kupu-kupu di Indonesia mencakup 10 persen dari total jenis fauna dunia. Sementara itu, spesies burung, mamalia, serta reptil memiliki endemisitas tertinggi di dunia.

Masih akan terus bertambah

Menurutnya, jumlah flora dan fauna tersebut akan terus bertambah, seiring dengan eksplorasi yang terus dilakukan. 

"Jumlah jenis itu saya yakin akan selalu bertambah. Kita beberapa waktu lalu selalu mengadakan launching temuan-temuan spesies baru dan itu menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati di Indonesia itu belum tuntas dieksplorasi," ujar Satyawan.

Baca juga: Perdagangan Satwa Liar Masih Mengkhawatirkan, 4.000 Spesies Kena Dampak

Tidak hanya jenis keanekaragaman hayati yang belum selesai dieksplorasi, kata dia, manfaat dari masing-masing jenis juga belum terungkap seluruhnya.

Jenis tumbuhan dan spesies satwa baru dikatakan bakal dieksplorasi lebih dalam. Kemudian, hasilnya akan diteliti dan disampaikan secara luas. 

"Akan terus kami tingkatkan upaya untuk mengeksplorasi, mengidentifikasi, dan memberikan knowledge baru bagi dunia, tentang spesies yang kita miliki," imbuhnya.

Adapun dengan keanekaragaman tinggi baik di darat maupun laut, katanya, ada banyak tantangan yang harus dipecahkan Indonesia. 

Terutama, untuk menjaga spesies-spesies terutama yang sudah langka agar tidak semakin berkurang, dan untuk menjaga keanekaragaman hayati agar dapat memiliki manfaat bagi bangsa Indonesia.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
BUMN
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Swasta
Hadapi 'Triple Planetary Crisis', Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
Hadapi "Triple Planetary Crisis", Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
LSM/Figur
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau