Sekarang kita lihat aspek lain dari upaya penurunan emisi global ini, yaitu upaya ekonomi dalam bentuk carbon trading.
Carbon trading atau emission trading di-definisikan sebagai aktifitas jual beli ‘emisi’ di mana suatu pihak dapat ‘membeli pengurang’ (carbon credit) dari kelebihan emisi yang dihasilkannya dari pihak lain yang sudah berhasil menurunkan emisi.
Dengan kata lain, pihak pertama bisa meng-klaim penurunan emisi dengan melalui mekanisme jual-beli.
PBB juga memiliki UN Carbon Offset Platform yang memungkinkan suatu perusahaan, organisasi dan masyarakat dapat membeli carbon credit.
Mekanisme ini sudah cukup lama ditetapkan dan memiliki market place tersendiri. Harga yang diperjual belikan berkisar antara 75 – 80 Euro per ton berdasarkan data yang dilansir dari badan pemantau harga karbon Eropa ‘Ember’.
Berdasarkan data yang dikutip dari Reuters, nilai transaksi carbon credit di Eropa mencapai 948 miliar euro tahun 2023, melampaui rekor sebelumnya 881 miliar euro dengan kenaikan 2 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kenaikan harga ini mengindikasikan permintaan pasar yang tinggi atau dengan kata lain, semakin banyak pihak yang memilih untuk ‘membeli’ pengurangan emisi dari kelebihan yang dihasilkannya.
Secara intuitif, seseorang bisa memilih untuk melakukan ini secara terus menerus sehingga kelebihan emisinya bisa selalu ‘nol’ selagi ia memiliki dana untuk melakukan pembelian.
Sementara dana untuk 'membeli' mungkin didapatkan dari aktifitas produksi berlebihan. Jika ini dilakukan, maka pengurangan emisi yang diharapkan akan sulit untuk bisa dicapai.
Apakah mekanisme carbon trading adalah sesuatu yang buruk? Tidak juga. Mekanisme ini adalah win-win solution yang didesain oleh regulator dan pihak industri/negara yang secara aktif juga harus melakukan pembangunan dan memutar roda perekonomian.
Namun demikian, diharapkan mekanisme ini tidak disalahgunakan sebagai escape strategy dari pihak-pihak yang ingin me-nol kan emisinya dengan cara membeli.
Hal ini sebetulnya bisa dilakukan dengan tidak menetapkan Net Zero Emission sebagai ’target’ yang harus dicapai dan dapat menyalah-arahkan (misleading) industri untuk terlalu mengandalkan mekanisme carbon trading dalam mencapai ‘target’ tersebut.
Net Zero Emission sebaiknya memiliki arti yang lebih mulia (profound) dan dipandang sebagai ‘journey’ atau perjalanan yang terus menerus dilakukan dan ditempuh menuju tercapainya masa depan yang layak menjadi tempat hidup umat manusia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya