Seperti disebutkan, delapan juta ton sampah plastik berakhir lautan dunia setiap tahunnya, sehingga berdampak buruk pada satwa laut dan kesehatan ekosistem.
Akibatnya, hewan-hewan dapat menelan plastik, terjerat di dalamnya, dan sampah plastik meningkatkan risiko spesies invasif.
Jika tidak ada tindakan yang diambil, polusi plastik akan meningkat menjadi 29 juta metrik ton per tahun dalam waktu kurang dari 20 tahun dari sekarang.
Manusia dapat mengurangi sampah plastik dengan mengurangi produksi plastik murni, meningkatkan sistem pengumpulan sampah, dan berinvestasi pada plastik yang dapat didaur ulang.
Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, Perlu Pengenaan Tarif Cukai
Selain sampah plastik dari daratan seperti kantong plastik, botol plastik, wadah, dan bahkan masker wajah, pencemaran plastik di laut juga diperparah oleh peralatan penangkapan ikan yang hilang atau dibuang oleh nelayan setiap tahunnya.
Peralatan ini dibuang dari perahu nelayan atau terhanyut dari kapal dan garis pantai.
Akibatnya, setidaknya 100.000 hewan laut mati karena terjerat sampah plastik karena sesak napas atau terjebak dalam perjalanan mencari makan dan mati kelaparan.
Banyak hewan laut yang secara tidak sengaja menelan sampah plastik atau mikroplastik.
Mikroplastik adalah sampah plastik yang terurai menjadi partikel plastik yang lebih kecil yang tidak terlihat oleh mata manusia.
Ketika plastik naik ke rantai makanan, tidak dapat dihindari bahwa manusia akan mengonsumsi plastik.
Menurut laporan Reuters pada 2019, manusia menelan sekitar lima gram plastik setiap pekannya.
Jika digabungkan sepanjang tahun, jumlah plastik yang dikonsumsi sama dengan satu piring makan penuh.
Polusi plastik lebih dari sekadar sampah yang dibuang dan dibiarkan mencemari lingkungan.
Akan tetapi, produksi plastik juga berkontribusi terhadap polusi udara dan pemanasan global.
Di AS, produksi plastik saat ini bertanggung jawab atas 232 juta metrik ton gas rumah kaca (GRK) setiap tahunnya. Angka tersebut setara dengan 116,5 gigawatt pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Diprediksi, emisi dari produksi plastik akan melampaui PLTU batu bara di AS pada 2030.
Baca juga: Waspada: Saat Bernapas, Partikel Kecil Polusi Plastik Bisa Terhirup
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya