Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/05/2024, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Air yang tercemar dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan seperti menyebabkan stunting hingga kanker.

Hal tersebut disampaikan peneliti dari Southeast Asian Ministers of Education Organization-Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) Umi Fahmida, Minggu (26/5/2025).

"Air yang tercemar kemudian kita konsumsi dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, baik yang sifatnya akut seperti diare maupun kronis seperti stunting dan kanker,” ujar Umi di Jakarta, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: 10 Provinsi dengan Prevalensi Stunting Terendah

Umi yang juga Country Lead Study Action Against Stunting Hub (AASH) Indonesia tersebut menekankan, penting untuk memperhatikan kondisi air yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Dia menambahkan, air merupakan kebutuhan fundamental bagi setiap aspek kehidupan manusia, termasuk anak-anak.

Studi AASH yang didanai Pemerintah Inggris melalui UK Research Innovation Global Challenges Research Fund (UKRI GCRF) melakukan pendekatan anak secara utuh baik aspek fisik maupun lingkungan pengasuhan termasuk sistem pangan dan kualitas air minum.

Dalam studi tersebut, pihaknya mengambil sampel pangan dan air minum pada kohor dengan anak usia bawah dua tahun di Lombok Timur untuk dilihat kualitasnya, termasuk melihat cemaran mikrobiologis, cemaran kimia, dan mikroplastik.

"Kualitas air ini akan kami analisa lebih lanjut kaitannya dengan stunting bersama dengan faktor determinan lain dalam studi ini," ujar dia.

Baca juga: Digitalisasi Bantu Desa Atasi Stunting hingga Mitigasi Bencana

Umi mewakili tim peneliti berharap, hasil penelitian AASH dapat menghasilkan informasi yang bisa dimanfaatkan oleh kementerian atau lembaga terkait dalam meningkatkan kualitas air dan kesehatan masyarakat, termasuk dalam pencegahan stunting yang lebih komprehensif di Indonesia.

Sebelumnya, Indonesia menjadi tuan rumah World Water Forum (WWF) pada 18 Mei hingga 25 Mei 2024.

Forum tersebut ditujukan untuk membahas tentang isu-isu air secara global, khususnya membahas sekaligus merumuskan kebijakan tata kelola air dan sanitasi dunia.

Direktur Pengendalian Pencemaran Air, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) CH Nety Widayati mengatakan, sumber pencemaran air terbesar di Indonesia berasal dari rumah tangga.

"Masih banyak air limbah domestik yang tidak diolah, di pinggir-pinggir sungai masih banyak black water (air buangan kloset) dibuang ke sungai, bahkan masih banyak jamban apung," ujar Nety.

Baca juga: Baru 3 Provinsi Punya Prevalensi Stunting di Bawah 14 Persen

Untuk perbaikan kualitas air, perlu kolaborasi dengan semua pihak, termasuk masyarakat. Salah satunya dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat dan ke sungai.

Perwakilan Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Asep Supriatna menekankan pentingnya peran kepala daerah dalam pengelolaan air bersih dan limbah yang berkelanjutan.

Dia menyampaikan, pemerintah melakukan upaya dalam pengelolaan sumber daya air bersih untuk memastikan ketersediaan air yang cukup bagi masyarakat.

"Namun, tentu saja yang tidak kalah penting adalah peran dari kepala daerah. Kepemimpinan kepala daerah terkait dengan perizinan pembuangan limbah, yang mana pemerintah daerah menjadi ujung tombak, mulai dari perencanaan dan pengawasannya," kata Asep.

Baca juga: 23 Provinsi Punya Prevalensi Stunting di Atas Nasional

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek 'Biochar' di India

Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek "Biochar" di India

Swasta
Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

LSM/Figur
Mencairnya Es Antarktika Bisa 'Bangunkan' 100 Gunung Berapi Bawah Laut

Mencairnya Es Antarktika Bisa "Bangunkan" 100 Gunung Berapi Bawah Laut

LSM/Figur
Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Swasta
Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Pemerintah
Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

LSM/Figur
Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Pemerintah
Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah 'Aset Hijau' Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah "Aset Hijau" Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Pemerintah
Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Pemerintah
2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau