JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem transaksi jalan tol non-tunai nirsentuh nirhenti atau Multi Lane Free Flow (MLFF) disebut dapat menyelesaikan sejumlah masalah termasuk kemacetan dan polusi udara.
Direktur Utama PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) Attila Keszeg mengatakan, MLFF dapat mengurai kemacetan sehingga polusi udara yang dikeluarkan kendaraan ikut berkurang.
“Penerapan sistem MLFF di antaranya bisa mengurangi masalah kemacetan yang muncul di gerbang tol karena sistem tap, sehingga meminimalisasi kepadatan dan polusi udara,” ujar Attila saat ditemui di The 19th ITS Asia Pacific Forum 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (28/5/2024).
Baca juga: Elektrifikasi Transportasi Perkotaan Kurangi Emisi GRK dan Polusi
Selama ini, gerbang tol dan sekitarnya menjadi titik konsentrasi polusi karena banyaknya kendaraan yang berhenti serta mengurangi laju kecepatan untuk membayar di gerbang tol.
“Karena biasanya saat antre masuk gerbang tol, kendaraan berhenti 10 menit atau bahkan bisa lebih sampai 20-30 menit (saat ramai),dan mereka membuang emisi secara sia-sia,” imbuh Attila.
Dengan hilangnya waktu antre kendaraan tersebut, jutaan emisi gas buang sia-sia dari banyaknya kendaraan bermotor juga akan teratasi.
Dengan demikian, tidak hanya kelancaran lalu lintas dan meniadakan waktu antrean di gerbang tol, penerapan MLFF juga bermanfaat untuk sisi lingkungan dan operasional jalan tol.
“Emisi gas rumah kaca ini merupakan isu nasional yang penting untuk diperhatikan,” cetus Attila.
Adapun menurut studi di Amerika Serikat pada 2008, penerapan MLFF dapat mengurangi polusi partikulat sebesar 58 persen dan emisi karbon sebesar 37 persen.
Baca juga: Uni Eropa Sahkan Aturan Pangkas 90 Persen Emisi Kendaraan Berat
Sementara itu, berdasarkan studi di Serbia oleh Milenkovic pada 2020, penerapan MLFF memberikan manfaat ekologis setara hampir satu setengah juta Euro per tahun yang berasal dari penurunan polusi udara secara signifikan di jalan tol.
Sebagai informasi, MLFF merupakan inovasi sistem transaksi penggunaan jalan tol terbaru, setelah sebelumnya juga telah berubah dari sistem tunai menjadi non-tunai atau kartu uang elektronik.
Menggunakan teknologi global navigation satellite system (GNSS), sistem MLFF memungkinkan transaksi tol melalui aplikasi di smartphone bernama CANTAS dan dibaca melalui satelit.
Sehingga, pengguna jalan tol dapat masuk dan keluar tanpa harus berhenti untuk membayar di gerbang tol.
Sementara itu, terkait waktu implementasi MLFF, Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hedy Rahadian menyebut targetnya adalah akhir tahun.
“Akhir tahun ini kita lakukan, kita sudah mulai,” ujar Hedy.
Sementara itu, Atilla mengatakan, RITS sebagai badan usaha pelaksana (BUP) program MLFF, siap mengimplementasikan sistem tersebut sesuai jadwal yang ditargetkan pemerintah, yaitu mulai kuartal keempat tahun ini.
Baca juga: Festival Energi Terbarukan 2024, Ajak Masyarakat Turunkan Emisi
Namun, MLFF dengan sistemnya juga tidak dapat dioperasikan secara mandiri. Menurut Attila, MLFF adalah sistem yang sangat kompleks dan harus dipersiapkan dengan baik, mulai dari teknologi, regulasi, maupun kerja sama dengan stakeholders lainnya.
“RITS terbuka dan berharap adanya kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan, mulai dari badan usaha jalan tol, otoritas keuangan dan regulator sistem pembayaran digital, hingga kepolisian terkait dengan penegakan hukum,” pungkas Attila.
Sebagai informasi, sistem MLFF telah diujicobakan di Tol Bali Mandara sejak 12 Desember 2023. Rencananya, sistem akan diterapkan bertahap mulai Oktober atau akhir tahun 2024.
Selama masa transisi, sistem yang digunakan adalah Single Lane Free Flow (SLFF) dengan tetap menggunakan barrier.
Kami mengundang perusahaan yang memiliki program keberlanjutan dan menginspirasi publik untuk mendukung akselerasi pencapaian SDGs di Indonesia. Kunjungi Lestari Awards 2024 lebih lanjut.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya