KOMPAS.com - Sistem transaksi jalan tol non-tunai nirsentuh nirhenti atau Multi Lane Free Flow (MLFF) yang akan diterapkan pemerintah mulai akhir tahun, disebut dapat mengurangi kemacetan dan polusi udara.
Direktur Utama PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) Attila Keszeg mengatakan, selain mengurai kemacetan dan digitalisasi pembayaran, penerapan MLFF juga akan meniadakan antrian pada gerbang tol dan mengurangi polusi udara akibat berhentinya kendaraan.
“Penerapan sistem MLFF di antaranya bisa mengurangi masalah kemacetan yang muncul di gerbang tol karena sistem tap, sehingga meminimalisasi kepadatan dan polusi udara,” ujar Attila, dikutip dari Kompas.com (29/5/2024).
Sebagai informasi, sistem MLFF nantinya menggunakan teknologi digital Global Navigation Satellite System (GNSS) yang memungkinkan perjalanan pengguna jalan tol dapat diketahui melalui GPS di ponsel.
Baca juga: Sistem Transaksi Tol MLFF Bisa Kurangi Kemacetan hingga Polusi Udara
Ke depan, setelah teknologi MLFF mulai diimplementasikan, aplikasi yang akan digunakan dalam penerapan teknologi MLFF ini diberi nama 'CANTAS'.
Sehingga pengguna jalan tol harus mengunduh CANTAS di smartphone masing-masing, melakukan registrasi kendaraan beserta data diri, serta melakukan pilihan pembayaran pada aplikasi tersebut.
Selain itu, pengendara juga dapat menggunakan perangkat Electronic Route Ticket di mana pengguna dapat memilih titik masuk dan keluar sesuai rute perjalanan sekali pakai, dikutip dari laman Badan Pengatur Jalan Tol (11/10/2022).
Adapun sistem MLFF telah diujicobakan di Tol Bali Mandara sejak 12 Desember 2023. Rencananya, sistem akan diterapkan bertahap mulai Oktober atau akhir tahun 2024.
Selama masa transisi, sistem yang digunakan adalah Single Lane Free Flow (SLFF) dengan tetap menggunakan barrier.
Lantas, seberapa besar jumlah emisi karbon yang muncul akibat kendaraan di jalan tol? Lalu, sejauh mana kontribusi sistem MLFF dalam mengurangi emisi di tol?
Impact Manager dan Reseacher Jejakin Aisya Yohanifa menyampaikan, estimasi berdasarkan Laporan Tahunan Jasa Marga 2023, terdapat 3.500 kendaraan melewati jalan tol Jasa Marga per hari.
Adapun jarak tempuh rata-rata harian kendaraan pribadi di jalan tol berkisar 50 kilometer (km), berdasarkan data dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).
Baca juga: Elektrifikasi Transportasi Perkotaan Kurangi Emisi GRK dan Polusi
Dalam setahun, ada total 365 hari. Artinya, total jarak tempuh per tahun bisa dihitung yaitu 3.500 kendaraan x 50 km x 365 hari = 63.875.000 km.
"Dari data Jejakin, emisi kendaraan pribadi berkisar 250 gCO2e/km," ujar Aisya saat dihubungi Kompas.com (Jumat (31/5/2024).
Sehingga, total emisi karbon per tahun yang dikeluarkan oleh kendaraan pribadi di jalan tol, dihitung yakni 63.875.000 km x 250 gCO2e/km, hasilnya adalah 15.968.750.000 gCO2e.
"Artinya 15.968,75 tCO2e (ton karbon dioksida setara) per tahun," imbuh Aisya.
Lebih lanjut, Aisya menjelaskan sistem Multi Lane Free Flow (MLFF) dapat memungkinkan kendaraan melewati gerbang tol tanpa berhenti.
"Implementasi MLFF dapat mengurangi emisi karbon melalui beberapa cara," ujar Aisya.
Pertama, mengurangi kemacetan karena kendaraan tidak perlu berhenti dan kemudian berakselerasi lagi, yang mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi.
Baca juga: Emisi Karbon Baterai Nikel Lebih Tinggi daripada LFP
Kedua, mengoptimalkan aliran lalu lintas. Dengan aliran lalu lintas yang lebih lancar, kecepatan rata-rata kendaraan bisa meningkat, yang umumnya lebih efisien dalam konsumsi bahan bakar dibandingkan kecepatan yang fluktuatif.
Ia menjelaskan, menurut Laporan Internal BPJT dan Kementerian Perhubungan tentang implementasi MLFF di Indonesia, sistem MLFF bisa mengurangi emisi karbon di jalan tol hingga 20-30 persen, tergantung pada kondisi spesifik.
Jika efisiensi penurunan emisi dengan adanya MLFF adalah sebesar 20 persen, perhitungan potensi penurunan emisi dari MLFF dihitung dengan cara 20% x 15.968,75 tCO2e. Hasilnya adalah 3.193,75 tCO2e per tahun.
"Jadi dengan asumsi sebelumnya, implementasi MLFF di Indonesia berpotensi mengurangi emisi karbon di jalan tol sebesar 3.193,75 tCO2e per tahun," pungkas dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya