Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Cahyadi
Indonesia Team Lead Interim 350.org

Saat ini menjadi Indonesia Team Lead Interim 350.org. Lembaga 350.org sendiri adalah organisasi non-pemerintah internasional yang fokus mendorong transisi energi 100% energi terbarukan. Saat ini Firdaus Cahyadi juga sedang menempuh pendidikan S2 di Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup di IPB, Bogor

Darurat Iklim, Saatnya PBNU Dengar Suara Rakyat

Kompas.com - 16/06/2024, 11:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dimensi kedua oligarki punya dasar kekuasaan dan kekayaan material yang sangat sulit untuk diseimbangkan dan dipecah.

Kedua dimensi oligarki menurut Jeffrey A Winters itu ada pada pendukung energi fosil, termasuk batu bara, di Indonesia.

Para oligarki batu bara tentu tidak ingin bisnis energi kotornya berakhir terlalu cepat, meskipun cepat atau lambat akan hilang.

Oligarki batu bara ingin PBNU dan ormas keagamaan lainnya bisa melawan takdir hilangnya bisnis batu bara di masa depan ini.

Berbagai narasi sudah mereka coba keluarkan, termasuk narasi nasionalisme kanan. Namun, itu tidak cukup efektif menghentikan laju perlawanan publik terhadap energi kotor batu bara ini.

Sulit untuk tidak menduga, kali ini oligarki batu bara akan menggunakan narasi agama untuk membela industri kotor batu bara ini. Apalagi warga Indonesia terkenal sebagai orang-orang religius.

Munculnya Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2024 pada akhir Mei lalu yang merevisi PP Nomor 96 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara, harus dibaca dalam konteks menarik PBNU dalam pelukan oligarki batu bara.

Mereka ingin PBNU berada dalam satu barisan dengan oligarki, bukan dengan rakyat yang menyuarakan kelestarian dan keadilan lingkungan hidup.

Bagi kaum oligarki, akan berbahaya bila NU, sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia berada dalam satu barisan dengan mayoritas rakyat yang menginginkan kelestarian dan keadilan lingkungan.

Gejala bahwa NU akan berada di barisan mayoritas rakyat itu sudah pernah muncul di tahun-tahun sebelumnya.

Pada 2015, PBNU pernah memfasilitasi para kiai untuk menyikapi eksploitasi sumber daya alam yang merusak alam oleh negara maupun swasta.

Hasilnya, PBNU mengharamkan eksploitasi sumber daya alam yang merusak. Batu bara jelas masuk dalam kategori ekploitasi sumber daya alam yang merusak itu.

Daya rusak batu bara bukan hanya terjadi saat dilakukan pembakaran yang menyebabkan emisi GRK. Sejak dalam proses penambangan, batu bara telah memiliki daya rusak yang mematikan.

Hal itu disebabkan tambang batu bara memiliki karakteristik mengubah bentang alam. Akibatnya, tambang batu bara akan menyebabkan penurunan kesuburan tanah, kualitas air, kualitas udara, terjadinya ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan pencemaran lingkungan lainnya di sekitar area tambang.

Daya rusak tambang batu bara tidak hanya berhenti sampai di situ. Pascaoperasi, tambang ini menyisakan lubang.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau