KOMPAS.com - Laboratorium penyimpanan darah tali pusat PT Cordlife Persada dinilai secara konsisten telah memenuhi standar internasional.
Selama tiga kali berturut-turut, PT Cordlife Persada mendapatkan akreditasi dari Associaton for the Advancement of Blood & Biotherapies (AABB).
"Sampai saat ini, PT Cordlife Persada merupakan satu-satunya laboratorium penyimpanan darah tali pusat di Indonesia yang memiliki akreditasi AABB," ujar Country Director PT Cordlife Persada, Retno Suprihatin, dalam keterangannya, Jumat (21/6/2024).
Baca juga: Kesehatan Anak Jadi Cerminan Pembangunan Kesehatan Nasional
AABB merupakan organisasi non-profit yang melakukan audit operasional terhadap bank penyimpanan darah tali pusat hampir di seluruh dunia, dan merupakan standar sertifikasi tertinggi di industri bank darah.
Retno mengatakan pihaknya merupakan perusahaan yang menyimpan umbilical cord blood stem cells (sel punca darah tali pusat) dan sudah beroperasi selama 21 tahun di Indonesia.
"Penyimpanan darah tali pusat ini penting bagi kesehatan individu di masa depan, di mana sel punca (stem cell) sendiri merupakan sel hidup yang digunakan untuk tranplantasi," terang Retno.
Ia menjelaskan, lebih dari 80 penyakit berat, seperti leukemia, talasemia, dan multiple myeloma dapat diobati dengan sel punca. Selain itu, lebih dari 60.000 transplantasi telah dilakukan di seluruh dunia menggunakan sel punca yang berasal dari darah tali pusat.
Sebagai informasi, sel punca dapat disimpan tanpa batas waktu jika penyimpanan dilakukan dengan benar, dan dapat digunakan kapanpun dibutuhkan.
Sel punca adalah jenis sel khusus yang memiliki dua sifat penting, yaitu mampu memperbanyak dan memperbarui diri; dan mampu berkembang menjadi sel dewasa yang melakukan hal berbeda (sesuai yang dibutuhkan).
Baca juga: Pasok Alat Kesehatan, Siemens Healthineers Gandeng Hermina Hospital
Khususnya di dalam darah tali pusat, mengandung sel punca pembentuk darah yang memiliki kemampuan untuk berubah menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Kelebihan sel punca darah tali pusat dibandingkan dengan yang lainnya adalah karena darah tali pusat memiliki sel punca paling muda dibandingkan dengan sumber sel punca lain seperti sumsum tulang dan darah tepi.
"Karena diambil dari bayi yang baru lahir, sel punca dari tali pusat memiliki kualitas yang baik dan paling baru. Jika diambil dari orang dewasa, kualitanya mengikuti usia dan gaya hidup orang tersebut," jelas Retno.
Sementara itu, Lab Manager PT Cordlife Persada Dwi Astuti Handayani mengatakan, dalam melakukan pemrosesan, pihaknya selalu menjaga agar semua langkah yang dilakukan sejalan dengan rekomendasi dari AABB dan Kementerian Kesehatan RI.
"Pemrosesan dilaksanakan di biosafety cabinet yang berada di dalam ruang steril. Dalam hal pemantauan suhu, kami menggunakan sistem monitoring ganda yang terdiri dari sistem peringatan otomatis serta pemeriksaan manual berkala yang dilakukan oleh tim laboratorium kami," papar Dwi.
Cordlife menggunakan kantong penyimpanan terbuat dari bahan khusus yang telah mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dan dirancang untuk menahan suhu kriogenik pada suhu optimal di bawah -150°C.
Kantong terbagi menjadi dua segmen untuk memberikan keamanan dan jaminan bahwa pengujian produk tambahan dilakukan pada unit terkait.
Hal ini juga untuk memungkinkan pengujian tambahan sampel jika diperlukan di masa mendatang, atau untuk pengujian viabilitas sebelum transplantasi.
Baca juga: HUT Ke-48, RS Atma Jaya Resmikan Layanan Kesehatan Lansia Terpadu
Cordlife juga menggunakan sistem penyimpanan nitrogen cair fase-uap untuk kriopreservasi sel punca jangka panjang. Penyimpanan fase uap dapat beroperasi tanpa pasokan listrik sehingga aman dari kemungkinan kerusakan karena pemadaman listrik.
Metode penyimpanan ini juga umum digunakan oleh bank darah tali pusat lainnya di negara lain.
"Pemantauan suhu menjadi suatu yang penting untuk memastikan bahwa tangki penyimpanan berada pada batas pengoperasian yang optimal untuk menjaga kualitas darah tali pusat yang ada di dalamnya," jelas Dwi.
Sementara itu, Retno sekaligus mengklarifikasi kabar mengenai kondisi di Laboratorium Cordlife Singapura, terkait dengan perubahan temperatur pada tangki penyimpanan kriogenik di sana.
Meski berada pada induk perusahaan yang sama, operasional PT Cordlife Persada di Indonesia terpisah dengan operasional Cordlife Singapura dan negara-negara lainnya.
"Kami pastikan bahwa insiden yang terjadi di Cordlife Singapura tidak berdampak pada integritas atau operasional PT Cordlife Persada Indonesia," ujar Retno.
"Kami ingin menyampaikan kepada semua orangtua yang menyimpan darah tali pusat buah hatinya di laboratorium Cordlife Persada bahwa unit darah tali pusat yang tersimpan di Cordlife Indonesia dalam keadaan baik dan sangat aman," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya