KOMPAS.com - Konsumsi bahan bakar fosil dan emisi dari sektor energi mencapai puncak tertinggi sepanjang masa pada 2023.
Temuan tersebut mengemuka dalam laporan terbaru berjudul Statistical Review of World Energy 2024 yang dirilis baru-baru ini.
Laporan tersebut disusun oleh Energy Institute bekerja sama dengan konsultan KPMG dan Kearney.
Baca juga: 3 Upaya Memangkas Emisi Sektor Industri
Konsumsi energi primer di seluruh dunia mencapai angka tertinggi sepanjang masa, yaitu 620 Exajoule (EJ).
Sedangkan emisi dari sektor energi untuk pertama kalinya melampaui 40 gigaton pada 2023, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (20/6/2024).
Emisi sektor energi tersebut meningkat 2 persen pada 2023 meskipun porsi bahan bakar fosil dalam bauran energi mengalami sedikit penurunan.
Pasalnya, emisi dalam kategori bahan bakar fosil menjadi lebih tinggi seiring dengan meningkatnya penggunaan minyak dan batu bara dan gas yang tetap stabil.
Laporan tersebut mencatat bahwa sejak tahun 2000, emisi dari energi telah meningkat sebesar 50 persen.
Baca juga: Padang Lamun akan Dimasukkan Komitmen Penurunan Emisi NDC
"Kami berharap laporan ini akan membantu pemerintah, pemimpin dunia, dan analis untuk bergerak maju dengan pandangan jernih mengenai tantangan yang ada di depan," kata Romain Debarre dari konsultan Kearney.
Temuan tersebut cukup mencengangkan karena porsi energi terbarukan tengah naik.
"Pada tahun di mana kita melihat kontribusi energi terbarukan mencapai rekor tertinggi baru, permintaan energi global yang semakin meningkat berarti pangsa bahan bakar fosil hampir tidak berubah," kata Simon Virley dari konsultan KPMG.
Laporan tersebut mencatat pergeseran tren penggunaan bahan bakar fosil di berbagai wilayah.
Di Eropa misalnya, pangsa energi bahan bakar fosil turun di bawah 70 persen untuk pertama kalinya sejak revolusi industri.
Baca juga: Emisi dari Sampah Ditarget Net Zero Tahun 2050
CEO Energy Institute Nick Wayth mengatakan, permintaan energi fosil di negara-negara maju memang mencapai puncaknya. Namun situasi berbeda terjadi di negara-negara Selatan.
"Berbeda dengan negara-negara di kawasan Selatan yang pembangunan ekonominya dan peningkatan kualitas hidup terus mendorong pertumbuhan fosil," kata Wayth.
Bahan bakar fosil menyumbang hampir seluruh pertumbuhan permintaan di India pada 2023.
Sementara di China, penggunaan bahan bakar fosil meningkat 6 persen ke tingkat tertinggi baru.
Namun, China juga menyumbang lebih dari setengah penambahan pembangkit energi terbarukan secara global pada tahun lalu.
"China menambahkan lebih banyak energi terbarukan dibandingkan negara-negara lain di dunia merupakan hal yang luar biasa," kata Virley.
Baca juga: Tekan Emisi, ABB dan MASKEEI Kolaborasi Percepat Efisiensi Energi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya