Angka yang lebih tinggi terlihat untuk negara-negara kurang berkembang (59 persen).
Rata-rata di sembilan negara berkembang pulau kecil yang disurvei, sebanyak 71 persen mengatakan mereka lebih khawatir tentang perubahan iklim dibandingkan tahun lalu.
Stephen Fisher dari Departemen Sosiologi, University of Oxford menambahkan, survei sebesar ini adalah upaya ilmiah yang luar biasa.
Sambil mempertahankan metodologi yang ketat, upaya khusus juga dilakukan untuk melibatkan masyarakat dari kelompok marjinal di bagian termiskin dunia.
"Ini adalah beberapa data global berkualitas tinggi yang tersedia tentang opini publik terkait perubahan iklim," kata Stephen.
Baca juga: Suara ADBI soal Komitmen G7 Atas Perubahan Iklim, Kesehatan, Kesejahteraan dan Pertanian
Sementara itu, Direktur Global Perubahan Iklim UNDP Cassie Flynn berpendapat, saat para pemimpin dunia memutuskan komitmen tahap berikutnya di bawah Perjanjian Paris pada tahun 2025, hasil ini adalah bukti yang tidak dapat disangkal bahwa masyarakat di manapun mendukung aksi iklim yang berani.
Peoples' Climate Vote telah menyuarakan pendapat masyarakat di seluruh dunia, termasuk di antara kelompok-kelompok yang paling sulit untuk disurvei.
Contohnya, masyarakat di sembilan dari 77 negara yang disurvei belum pernah disurvei sebelumnya tentang perubahan iklim.
Dua tahun ke depan adalah salah satu peluang terbaik yang kita miliki sebagai komunitas internasional untuk menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 1,5°C.
"Kami siap mendukung para pembuat kebijakan untuk meningkatkan penyusunan rencana aksi iklim melalui inisiatif Climate Promise UNDP," tuntasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya