KOMPAS.com - Ekonomi sirkular belakangan ini kerap menjadi bahasan di berbagai forum di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Ekonomi sirkular disebut dapat membuat perekonomian menjadi lebih berkelanjutan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan.
Dilansir dari situs web Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ekonomi sirkular adalah sistem atau model ekonomi yang bertujuan menghasilkan pertumbuhan dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin.
Baca juga: Apple hingga SpaceX Tertarik Investasi di RI, Asal Ada Ekonomi Sirkular
Dengan sistem seperti itu, diharapkan dapat meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linear.
Ekonomi sirkular mencakup serangkaian intervensi yang luas di semua sektor ekonomi seperti efisiensi sumber daya dan pengurangan emisi.
Selain itu, penerapan ekonomi sirkular menghasilkan berbagai manfaat baik untuk manusia maupun lingkungan.
Dilansir dari situs web World Resources Institute (WRI) dan Parlemen Eropa, berikut lima manfaat yang didapatkan dari penerapan ekonomi sirkular.
Baca juga: Bappenas Luncurkan Peta Jalan Ekonomi Sirkular 2025-2045
Penggunaan kembali dan mendaur ulang produk akan memperlambat konsumsi sumber daya alam yang terbatas yang berimbas mencegah kerusakan keanekaragaman hayati.
Manfaat lain dari ekonomi sirkular adalah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) tahunan.
Menciptakan produk yang lebih efisien dan berkelanjutan sejak awal akan membantu mengurangi konsumsi energi dan sumber daya.
Pasalnya, diperkirakan lebih dari 80 persen dampak lingkungan suatu produk ditentukan pada tahap desain.
Peralihan ke produk yang lebih awet dan dapat digunakan kembali lalu mendaur ulangnya akan mengurangi jumlah limbah.
Baca juga: MMSGI Tawarkan Model Sirkular Air di Lanskap Pascatambang
Populasi dunia terus bertambah dan permintaan akan bahan mentah pun meningkat. Namun, pasokan bahan baku yang esensial jumlahnya terbatas.
Persediaan yang terbatas juga berarti beberapa negara bergantung pada negara lain untuk bahan bakunya.
Dengan melakukuan daur ulang bahan mentah lewat ekonomi sirkular, kita dapat mengurangi risiko yang terkait dengan pasokan, seperti naik-turunnya harga, ketersediaan, dan ketergantungan impor.
Hal ini terutama berlaku untuk bahan mentah penting, yang diperlukan untuk produksi teknologi yang penting untuk mencapai tujuan iklim, seperti baterai dan mesin listrik.
Baca juga: Peluang dan Komitmen Pemerintah Terhadap Ekonomi Sirkular di Indonesia
Pergerakan menuju ekonomi sirkular dapat meningkatkan daya saing, menstimulasi inovasi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
Mendesain ulang bahan dan produk untuk penggunaan sirkular juga akan meningkatkan inovasi di berbagai sektor perekonomian.
Konsumen akan diberikan produk yang lebih tahan lama dan inovatif yang akan meningkatkan kualitas hidup dan menghemat uang mereka dalam jangka panjang.
Baca juga: Implementasi Ekonomi Sirkular Wujudkan Pertumbuhan Berkelanjutan
Penelitian menunjukkan, ekonomi sirkular menawarkan peluang ekonomi senilai 4,5 triliun dollar AS dengan mengurangi limbah, merangsang inovasi, dan menciptakan lapangan kerja.
Model bisnis baru yang berfokus pada model penggunaan kembali, perbaikan, manufaktur ulang, dan berbagi menawarkan peluang inovasi yang signifikan.
Misalnya saja, ekonomi sirkular untuk plastik menawarkan manfaat ekonomi yang besar.
Lebih sedikit sampah plastik di laut akan menguntungkan industri seperti perikanan dan pariwisata, karena polusi plastik saat ini menyebabkan biaya dan kerugian ekonomi sebesar 13 miliar dollar AS per tahun.
Mengurangi polusi dan emisi yang berasal dari pembakaran sampah plastik secara terbuka juga akan menurunkan biaya kesehatan.
Sedangkan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk produksi plastik akan membantu memitigasi perubahan iklim dan biaya-biaya yang terkait dengannya.
Baca juga: Ekonomi Sirkular: Pengertian, Prinsip, dan Manfaatnya
Sekitar 45 persen emisi GRK global berasal dari penggunaan produk dan manufaktur, serta produksi pangan.
Strategi ekonomi sirkular yang mengurangi penggunaan sumber daya dapat mengurangi emisi GRK global sebesar 39 persen atau 22,8 miliar ton dan berperan penting dalam mencegah dampak berbahaya perubahan iklim.
Misalnya, peralihan ke bahan daur ulang akan mengurangi kebutuhan akan produksi plastik murni dan serat sintetis, yang akan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan emisi terkait secara signifikan.
Mengubah pola konsumsi juga penting. Misalnya, jika rata-rata jumlah pemakaian pakaian digandakan, emisi GRK dari industri tekstil akan berkurang 44 persen.
Menciptakan ekonomi sirkular untuk pangan dengan mengurangi food loss dan food waste sangat penting untuk menurunkan emisi.
Jika food loss dan food waste adalah sebuah negara, maka negara tersebut akan menjadi penghasil emisi terbesar ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dan China.
Baca juga: Dukung Ekonomi Sirkular, Kemenkeu Resmikan Program Pengelolaan Sampah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya