KOMPAS.com - Meski energi terbarukan berkembang pesat, konsumsi batu bara dunia masih akan tetap stabil pada tahun ini dan tahun depan karena tumbuhnya permintaan energi listrik.
International Energy Agency (IEA) menyebutkan, konsumsi batu bara dunia meningkat 2,6 persen pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan energi listrik China dan India, yang menjadi dua negara konsumen batu bara terbesar di dunia.
Baca juga: IUP Batu Bara untuk Ormas Keagamaan dan Pergeseran Wacana Nasionalisme
Penyebab utama meningkatnya konsumsi batu bara disebabkan oleh rendahnya produksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan meningkatnya permintaan listrik dengan cepat.
Di China, yang menyumbang lebih dari separuh konsumsi batu bara global, produksi listrik dari PLTA pulih pada 2024 dibandingkan tahun 2023.
Kondisi tersebut secara signifikan memperlambat pertumbuhan penggunaan batu bara pada 2024.
Akan tetapi, tahun ini China diprediksi mengalami peningkatan energi listrik sebanyak 6,5 persen dibandingkan 2023.
Hal tersebut membuat penurunan konsumsi batu bara di "Negeri Panda" tidak mungkin terjadi menurut IEA.
Baca juga: Kementerian ESDM Akui Mayoritas Smelter di RI Masih Andalkan Batu Bara
Di India, konsumsi batu bara pada paruh pertama tahun ini meningkat tajam akibat rendahnya produksi listrik dari PLTA.
Permintaan energi listrik makin meningkat akibat gelombang panas ekstrem dan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Sementara itu, permintaan batu bara di Eropa terus mengalami tren penurunan yang dimulai pada akhir 2000-an.
Sebagian besar dari penurunan konsumsi batu bara tersebut disebabkan oleh upaya pengurangan emisi pada sektor pembangkit listrik.
Penggunaan batu bara juga mengalami penurunan yang signifikan di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Berbagai Fasilitas Umum di Jayapura Dibangun dari Abu PLTU Batu Bara
Namun, permintaan listrik yang lebih kuat dan berkurangnya peralihan dari batu bara ke gas alam mengancam akan memperlambat tren ini pada 2024.
Jepang dan Korea terus mengurangi ketergantungan mereka pada batu bara, meskipun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan Eropa.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya