KOMPAS.com - Direktur Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI) Nina Sardjunani mengatakan, Indonesia saat ini menghadapi beban tiga lapis malnutrisi.
Nina mengatakan, kondisi malnutrisi tidak sekadar urusan berat badan, melainkan mencakup tumbuh kembang manusia.
Hal tersebut disampaikan Nina dalam webinar bertajuk The Urgency of Investing in Children during Prabowo Presidency di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Baca juga: WVI Luncurkan Kampanye ENOUGH, Atasi Malnutrisi Anak
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 ada terdapat 21,5 persen balita yang mengalami stunting, 8,5 persen balita mengalami wasting, ada 4,2 persen balita mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Sementara itu, 23,4 persen orang dewasa mengalami obesitas dan 27,7 persen ibu hamil mengalami anemia.
"Itu tidak hanya yang berurusan dengan berat badan. Apakah itu berlebih atau kurang, wasting atau obesitas, atau bahkan tinggi badan berdasarkan umur yang tidak bisa kita capai, yaitu masalah stunting. Nah yang agak mengerikan sebenarnya ke depan itu adalah obesitas," kata Nina, sebagaimana dilansir Antara.
Menurut dia, kondisi malnutrisi ini disebabkan karena defisiensi mikronutrisi.
"Hampir sepertiga dari ibu hamil itu mengalami anemia. Kalau anemia itu jalan lurus menuju kematian ketika ibu melahirkan atau pascamelahirkan dan juga dampak lain yang disebabkan karena kekurangan zat gizi besi," ujar Nina.
Baca juga: Guru Besar UGM Kembangkan Alat Deteksi Malnutrisi
Salah satu kebutuhan mikronutrisi yang penting adalah garam beryodium dan zat besi.
Jika asupan zat besi tidak cukup, imbas yang bisa langsung dirasakan adalah lemas dan pusing.
"Jadi bukan sekadar lemah, lesu, ini lebih dari itu. Tidak bisa melakukan apa-apa karena oksigen itu tidak bisa dibawa oleh darah merah untuk memasok pada seluruh organ-organ tubuh dan itu mempengaruhi produktivitas," ucap Nina.
Nina menambahkan, penting juga untuk mengintegrasikan pangan terfortifikasi.
"Pemerintah Indonesia sudah memberlakukan tiga fortifikasi pangan wajib, yakni garam beryodium, tepung terigu dengan zat besi, dan minyak goreng dengan vitamin A," ujar Nina.
Baca juga: Indonesia Punya 3 Beban Malnutrisi, Ini Strategi Pemerintah
Namun persoalannya, keberadaan minyak goreng yang terfortifikasi dengan vitamin A saat ini baru mencapai 30 persen.
Sementara untuk tepung terigu, hampir semua telah terfortifikasi dengan zat besi, zinc, dan vitamin lainnya.
Dia menambahkan garam beryodium tersedia di semua pasar. Namun demikian, tidak semua pedagang di pasar menyarankan kepada pembeli untuk membeli garam beryodium.
Untuk itu, Nina menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat tentang nutrisi sehingga masyarakat bisa memahami pentingnya pemenuhan gizi dalam makanan.
Nina menyampaikan, makanan terfortifikasi hendaknya menjadi bagian dari intervensi pemerintah dalam upaya memenuhi kecukupan gizi masyarakat.
Baca juga: Malnutrisi, Riwayat Panjangnya Tercatat di Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya