Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Rantai Pasok Mineral Kritis dalam Transisi Ekonomi Hijau

Kompas.com - 29/07/2024, 17:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DUNIA kini semakin gencar membahas transisi menuju ekonomi hijau. Dari para pemimpin negara hingga kampanye publik, diskursus ini semakin marak.

Dibandingkan satu atau dua dekade lalu, intensitas dan kualitas perbincangan ini telah meningkat pesat, menunjukkan komitmen lebih besar terhadap keberlanjutan lingkungan.

Satu hal yang tak bisa diabaikan dalam transisi menuju ekonomi hijau adalah peran penting mineral kritis. Hampir semua program transisi energi bergantung pada ketersediaan mineral-mineral ini.

Namun, apa sebenarnya mineral kritis dan apa saja yang termasuk dalam kategori ini? Mereka disebut "kritis" karena sulit ditemukan, namun sangat dibutuhkan.

Tanpa mineral tersebut, maka berbagai teknologi tidak dapat berfungsi, seperti turbin angin, panel surya, dan lain-lain.

Sayangnya, tidak ada daftar pasti yang disepakati secara universal untuk mineral kritis.

Sebagai ilustrasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia telah menetapkan 47 jenis komoditas tambang sebagai mineral kritis.

Penetapan ini diresmikan melalui Keputusan Menteri ESDM No.296.K/MB.01/MEM.B/2023, yang mengklasifikasikan berbagai komoditas penting bagi ekonomi hijau.

Sementara itu, Amerika Serikat merilis daftar 50 mineral kritis pada 2022. Daftar ini diperbarui setiap tiga tahun, dengan acuan dari Badan Geologi AS.

Sebagai tambahan, Departemen Energi AS juga menerbitkan daftar tersendiri yang mencakup 18 jenis mineral kritis khusus untuk sektor energi.

Lembaga internasional seperti International Energy Agency (IEA) dan Bank Dunia secara rutin menerbitkan publikasi mengenai mineral kritis.

Misalnya, IEA merilis "Global Critical Minerals Outlook" dan Bank Dunia mempersembahkan laporan berjudul "Minerals for Climate Action: The Mineral Intensity of the Clean Energy Transition".

Dalam publikasi-publikasi ini, berbagai jenis mineral kritis dibahas secara mendalam, menyoroti peran vital mereka dalam mendukung transisi energi bersih dan keberlanjutan global.

Aplikasi mineral kitis dalam transisi Ekonomi Hijau

Pertanyaan selanjutnya, jenis mineral kritis apa yang paling berpengaruh terhadap transisi ekonomi hijau?

Pada Mei 2021, IEA merilis penelitian yang mengungkapkan kebutuhan mineral kritis pada berbagai jenis pembangkit listrik.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau