Sebab, merujuk Kepala UN Women Indonesia Dwi Yuliani, keterlibatan perempuan dalam advokasi perubahan iklim baru sebesar 20 persen.
"Berarti kita masih butuh lebih banyak lagi keterlibatan anak muda, apalagi anak muda perempuan, untuk selalu mengadvokasikan, berusaha haus dan mencari informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang bisa kita lakukan," tutur Sharon.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menambahkan, aksi setiap individu memiliki kontribusi penting dalam meredam laju krisis iklim.
"Aksi sederhana yang nyata seperti mematikan listrik yang tidak digunakan, memanfaatkan transportasi umum, mengurangi penggunaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan menggunakan listrik dari energi terbarukan, misalnya PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) atap di rumah dapat membuat perbedaan besar," ujar Fabby.
"Jikalau jutaan individu melakukan hal ini, maka dampaknya dapat membawa perubahan positif bagi bumi,” pungkasnya.
Adapun proses menuju YCC dimulai dengan sejumlah konsultasi untuk menjaring aspirasi anak-anak dan generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia, sejak bulan April.
Forum YCC juga menghasilkan Deklarasi Anak Muda untuk Iklim dan Transisi Energi, berisi komitmen dan rekomendasi konkret untuk pemerintah serta industri, dalam mendorong transisi energi bersih menuju Indonesia Emas 2045.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya