JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah anak muda dari berbagai latar belakang dan keahlian sama-sama berbicara mengenai pentingnya aksi melawan perubahan iklim, dalam Youth Climate Conference 2024.
Dalam konferensi yang diadakan Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia Project, di Jakarta, Sabtu (27/7/2024) ini, sekitar 200 anak muda ikut bersuara.
Pegiat Isu Lingkungan dan Masyarakat Adat, Kynan Tegar, menyampaikan bahwa dampak dari krisis iklim telah nyata dirasakan.
Laki-laki asal suku Dayak Iban Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat tersebut menyampaikan luasan hutan di tempatnya terus berkurang.
Baca juga: Cegah Iklim, Kapuas Hulu Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan
"Menurut data, sejak 1970 hingga 2010, hutan di Borneo Kalimantan telah berkurang 30 persen. Emisi karbon Indonesia juga 20-30 persen berasal dari Forest and Other Land Uses (FOLU). Di tempat saya, ratusan ribu hektar terus-menerus terkonversi dari hutan yang asri menjadi kelapa sawit," ujar Kynan dalam sesi Youth Climatalk, Sabtu.
Ia menegaskan, dampak dari deforestasi tersebut sangat besar, tidak hanya untuk lingkungan, tapi juga masyarakat yang ada di sekitar wilayah itu. Salah satu yang dirasakan adalah banjir rob 10 tahunan.
"Kami sebagai masyarakat adat di sana, kami merasakan langsung dampaknya," imbuh Kynan.
Krisis iklim merupakan masalah besar dan multidimensional. Penyebabnya sangat banyak, termasuk eksploitasi sumber daya alam besar-besaran, aktivitas industri yang tinggi emisi, peperangan, hingga marginsalisi kaum masyarakat adat.
Oleh karena itu, Kynan berpesan pentingnya semua pihak lintas generasi untuk bersama-sama menyuarakan hal tersebut dan membuat perubahan. Sebab, hal sekecil apapun bisa berdampak besar jika dilakukan bersama.
"Karena ini merupakan masalah yang multidimensional, apapun yang kita lakukan, itu berpotensi untuk membuat perubahan. Dari berbagai sektor baik itu dari pendidikan, advokasi, lingkungan, transisi energi, menghemat energi, semua itu merupakan sesuatu yang dapat kita lakukan untuk menciptakan perubahan," tutur dia.
National Chairperson Gen-B Indonesia Maya Lynn menegaskan, kontribusi anak muda dalam mendorong aksi perubahan iklim.
"Transisi energi ini adalah agenda bagi semua lapisan masyarakat, jadi perlu adanya kolaborasi antar pihak. Enggak cuma pemerintah, enggak cuma anak muda, tapi semua generasi harus terlibat," ujarnya.
Lantas, bagaimana anak muda dapat ikut serta melawan perubahan iklim? Ia menilai, ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan, antara lain empat hal.
"Empat poin utama dari saya, adalah kebiasaan hemat energi. Lalu bijak dalam mobilisasi dan sumber energi, keterlibatan pemuda dalam advokasi transisi energi, dan perlunya inisiatif pemuda," terang Maya.
Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Ikan di Lautan Bisa Menyusut 10 Persen
Sementara itu, GADIS Sampul 2020 Sharon Sitania menilai perlunya lebih banyak keterlibatan anak muda dalam aksi iklim, terutama perempuan.
Sebab, merujuk Kepala UN Women Indonesia Dwi Yuliani, keterlibatan perempuan dalam advokasi perubahan iklim baru sebesar 20 persen.
"Berarti kita masih butuh lebih banyak lagi keterlibatan anak muda, apalagi anak muda perempuan, untuk selalu mengadvokasikan, berusaha haus dan mencari informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang bisa kita lakukan," tutur Sharon.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menambahkan, aksi setiap individu memiliki kontribusi penting dalam meredam laju krisis iklim.
"Aksi sederhana yang nyata seperti mematikan listrik yang tidak digunakan, memanfaatkan transportasi umum, mengurangi penggunaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan menggunakan listrik dari energi terbarukan, misalnya PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) atap di rumah dapat membuat perbedaan besar," ujar Fabby.
"Jikalau jutaan individu melakukan hal ini, maka dampaknya dapat membawa perubahan positif bagi bumi,” pungkasnya.
Adapun proses menuju YCC dimulai dengan sejumlah konsultasi untuk menjaring aspirasi anak-anak dan generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia, sejak bulan April.
Forum YCC juga menghasilkan Deklarasi Anak Muda untuk Iklim dan Transisi Energi, berisi komitmen dan rekomendasi konkret untuk pemerintah serta industri, dalam mendorong transisi energi bersih menuju Indonesia Emas 2045.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya