KOMPAS.com - Dalam sebuah surat, CEO BlackRock Larry Fink mengungkapkan siapapun yang berhasil menjalankan stakeholders capitalism, akan terbuka menjadi pemenang di masa depan.
Ya, boleh jadi apa yang disebutkan Larry Fink tersebut benar adanya. Dan, sejak dulu paham kapitalisme selalu mendapat tantangan, mulai dari kelompok kiri, tengah, hingga kelompok kanan.
Kritik tersebut selalu berkaitan dengan ketidaksepakatan para pengritik terhadap prinsip yang dijalankan kapitalisme secara keseluruhan: yang hanya berorientasi pada akumulasi modal.
Ini pula yang kemudian mendorong banyak korporasi serta para stakeholders melakukan refleksi dan untuk menentukan mekanisme terbaik.
Baca juga:
Salah satu mekanisme untuk mengukur seberapa baik implementasi bisnis dijalankan adalah dengan melihat kaitannya dengan stakeholders lain yang ada dalam ekosistem bisnis yang ada. Dan, indikatornya adalah ESG Rating.
ESG Rating belakangan semakin mendapatan perhatian korporasi seiring dengan munculnya tantangan dari investor kepada banyak korposrasi di dunia untuk lebih memerhatikan aspek keberlanjutan.
Sebagaimana dikutip dari website Ernst & Young, ey.com, saat ini semakin banyak investor institusi yang menyelaraskan portofolio investasinya dengan kinerja ESG perusahaan yang masuk ke pasar.
Perusahaan dengan skor ESG yang baik, akan menjadi pilihan investasi dari para investor institusi. Demikian pula sebaliknya.
Sebagaimana terungkap dalam survei yang dilakukan firma audit ini yang bertajuk Institutional Investor EY Climate Change and Sustainability Services (CCaSS) tahun 2020.
Dalam survei itu disebutkan dari 98 persen investor yang disurvei terkait ESG, 72 persen di antaranya melakukan tinjauan terstruktur terhadap kinerja ESG, dibandingkan dengan hanya 32 persen pada survei sebelumnya yang dilakukan dua tahun sebelumnya.
Baca juga:
Selain itu, banyak dari investor yang mulai menerapkan pendekatan yang lebih ketat untuk mengukur ESG berbagai perusahaa (39 persen).
"Investor institusi menyelaraskan portofolio mereka menuju kinerja ESG yang lebih baik. Hal ini menandakan pendekatan yang berbeda dari fokus pada kinerja keuangan yang bertanggung jawab, dan sebaliknya melihat isu-isu ESG sebagai hal mendasar terhadap kinerja semua investasi," tulis Ernst & Young.
Stakeholders Capitalism
Bahkan CEO perusahaan manajemen aset BlackRock Larry Fink menyatakan bahwa siapapun perusahaan yang memberikan perhatian kepada seluruh pemangku kepentingannya akan menjadi pemenang di masa depan.
Karena itu pula, dia menyebut kapitalisme pemangku kepentingan atau stakeholders capitalism akan menjadi semakin penting.
Kapitalisme pemangku kepentingan atau stakeholder capitalism merupakan istilah yang relatif baru di dunia bisnis.
Mengutip berbagai referensi, stakeholder capitalism adalah sistem kapitalisme di mana perusahaan tak lagi hanya berberorientasi untuk mengejar akumulasi modal semata. Lebih dari itu, mereka juga mulai berorientasi untuk melayani kepentingan semua pemangku kepentingan.
Baca juga:
Adapun pemangku kepentingan yang dimaksud adalah adalah pelanggan, pemasok, karyawan, pemegang saham, dan masyarakat lokal.
Melalui sistem ini, perusahaan berupaya untuk menciptakan nilai jangka panjang dan bukan untuk memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan nilai pemegang saham dengan mengorbankan kelompok pemangku kepentingan lainnya.
Pendukung stakeholders capitalism percaya bahwa melayani kepentingan semua pemangku kepentingan akan sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang bisnis apa pun.
Untuk mengukur seberapa jauh implementasi ESG dalam sebuah organisasi, skor ESG-lah yang menjadi acuannya.
ESG rating sendiri merupakan evaluasi yang diberikan kepada perusahaan berdasarkan kinerja mereka dalam tiga bidang utama: Environmental (lingkungan), Social (sosial), dan Governance (tata kelola).
Ini merupakan alat yang penting untuk mengukur dan mengomunikasikan kinerja perusahaan dalam aspek keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, yang semakin menjadi perhatian utama bagi investor dan pemangku kepentingan lainnya.
Baca juga:
Skor tersebut disusun untuk mengukur sejauh mana risiko dan peluang lingkungan, sosial, dan tata kelola diintegrasikan ke dalam strategi dan operasi bisnis suatu organisasi.
Skor ini bukan merupakan skor yang ditentukan oleh regulator, melainkan ditentukan oleh perusahaan itu sendiri serta firma audit seperti halnya MSCI, Sustainalytics, Gartner, Forrester Research, dan sistem pemeringkatan Ernst & Young OCEAN™.
Skor ESG memang tidak akan digunakan oleh regulator pemerintah mana untuk menentukan insentif yang bisa diberikan, namun hal tersebut bisa dipakai oleh investor untuk mempertimbangkan apakah suatu perusahaan sejalan dengan nilai-nilainya.
Seiring dengan semakin mendesaknya ESG Rating, Lestari Summit 2024 akan mengangkat topik "The Urgency and Benefits of ESG Ratings for corporations in Indonesia".
Lestari Summit 2024 merupakan forum yang diselenggarakan oleh KG Media sebagai wadah bagi para pemimpin dan praktisi sustainability untuk bertukar pikiran dan menginspirasi satu sama lain serta membuka kesempatan kolaborasi untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.
Lestari Summit 2024 merupakan bagian dari kampanye Lestari KG Media yang bertujuan untuk mendorong percepatan serta kolaborasi demi mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Terkait dengan ESG Rating, dalam forum ini juga akan dibahas mengenai kisah sukses perusahaan dengan ESG Rating dan pengaruhnya untuk bisnis serta operasionalnya.
Hal lain yang juga tak luput dari pembahasan adalah bagaimana ESG rating mempengaruhi keputusan investasi di Indonesia, terutama di kalangan investor lokal dan asing, serta tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menyediakan data yang konsisten dan transparan untuk penilaian ESG.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya