KOMPAS.com - Dua perusahaan tambang besar di dunia, BHP Group dan Rio Tinto, bakal menjadi investor tahap awal dalam dana kredit karbon Australia.
Rencana tersebut juga diikuti oleh maskapai penerbangan asal Australia, Qantas.
Total investasi yang akan ditanamkan ketiga perusahaan tersebut senilai 80 juta dollar Australia atau sekitar Rp 837 miliar.
Baca juga: Tim Ekonomi Prabowo-Gibran dan KSP Siapkan Pembentukan Badan Karbon
Dana kredit karbon Australia tersebut bakal dipakai untuk proyek reboisasi dan dikelola oleh Silva Capital, joint venture antara Roc Partners dan C6 Investment Management.
Silva Capital mempunyai target mengumpulkan 250 juta dollar Australia (Rp 2,6 triliun) untuk menghasilkan dan mengelola Unit Kredit Karbon Australia (ACCU) dari inisiatif reboisasi.
ACCU diterbitkan oleh Dana Pengurangan Emisi milik pemerintah Australia, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (12/8/2024).
Inisiatif tersebut menjadi salah satu upaya Australia untuk memangkas emisi karbonnya hingga 43 persen pada 2030 dari level tahun 2005.
Baca juga: Strategi Perusahaan Tambang Kurangi Emisi Karbon, Audit hingga Teknologi
ERF menerbitkan kredit karbon terutama untuk proyek yang menghindari penggundulan hutan, meregenerasi hutan asli, atau mengumpulkan metana dari tempat pembuangan sampah.
Proyek-proyek tersebut dapat menjual kredit karbon kepada pemerintah atau perusahaan yang ingin memenuhi target pengurangan emisi mereka.
Perusahaan yang beroperasi di industri dengan emisi tinggi seperti pertambangan dan penerbangan semakin ingin membeli kredit karbon.
Pasalnya, mereka ingin mengganti emisi mereka melalui kompensasi proyek-proyek penyerapan karbon.
Baca juga: Rencana HTI Bisa Akses Bursa Karbon Dipertanyakan
"Dana ini tidak hanya mewakili investasi dalam pengurangan karbon, tetapi juga tonggak penting dalam pasar karbon Australia," kata Raphael Wood Co-Managing Director Silva Capital dalam sebuah pernyataan.
Dia menambahkan, inisiatif tersebut akan mendukung keberhasilan jangka panjang untuk perbaikan alam.
Silva Capital juga berencana untuk berinvestasi di lahan pertanian untuk mengembangkan proyek penyerapan karbon besar.
Proyek tersebut bakal mempromosikan praktik pertanian dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
Baca juga: KLHK Siapkan Standar Penghitungan Emisi, HTI Bisa Akses Bursa Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya