KOMPAS.com - Ilmuwan di Jerman telah mengidentifikasi jenis jamur yang mampu memecah plastik sintetis.
Temuan ini menawarkan senjata baru yang potensial dalam perang global melawan polusi plastik.
Tim di Institut Ekologi Air Tawar dan Perikanan Darat Leibniz di Berlin tersebut menemukan bahwa jamur mikro tertentu dapat bertahan hidup secara eksklusif pada plastik, mendegradasinya menjadi bentuk yang lebih sederhana.
Meskipun ini merupakan terobosan yang menjanjikan, terutama dalam hal mengatasi polusi plastik di lautan, para ahli memperingatkan bahwa ini bukanlah solusi yang sempurna.
Seperti dikutip dari Independent, Jumat (16/8/2024) peneliti mengamati bahwa jamur mikro di Danau Stechlin di timur laut Jerman dapat tumbuh subur pada polimer sintetis tanpa sumber karbon lainnya.
Baca juga: Bisakah Kita Berhenti Menggunakan Plastik?
“Temuan paling mengejutkan dari pekerjaan kami adalah bahwa jamur kami dapat tumbuh secara eksklusif pada beberapa polimer sintetis dan bahkan membentuk biomassa,” kata Hans-Peter Grossart, peneliti utama studi ini.
Kemampuan untuk memanfaatkan plastik sebagai satu-satunya sumber makanan mereka memungkinkan jamur untuk mendegradasi plastik lebih efisien dibandingkan dengan organisme lain yang mungkin membutuhkan nutrisi atau sumber karbon tambahan.
Para peneliti mengatakan kemampuan jamur untuk memecah plastik mungkin telah berevolusi sebagai respons terhadap keberadaan bahan sintetis yang sangat banyak di lingkungan mereka.
Jamur tersebut sangat efektif dalam memecah poliuretan, bahan umum yang digunakan dalam busa konstruksi di antara produk-produk lainnya.
Empat dari 18 galur jamur yang diteliti oleh tim Institut Leibniz pun sangat "lapar". Artinya, mereka dapat secara efisien memanfaatkan plastik, terutama poliuretan.
Akan tetapi jamur kurang efisien dalam memecah polietilena, yang umum digunakan dalam kantong plastik, dan mikroplastik dari abrasi ban, yang sarat dengan aditif logam berat yang menghambat degradasi.
Meskipun penemuan jamur pemakan plastik merupakan langkah maju, hal itu tidak mungkin menyelesaikan masalah polusi plastik dengan sendirinya.
Para ahli mengatakan cara paling efektif untuk mengatasi polusi plastik adalah dengan mengurangi jumlah material yang masuk ke lingkungan.
Aktivitas enzim jamur yang bertanggung jawab untuk memecah plastik, sangat bergantung pada faktor eksternal seperti suhu dan ketersediaan nutrisi.
Hal tersebut membuat jamur lebih cocok untuk lingkungan terkendali seperti pabrik pengolahan limbah daripada lingkungan alami.
Jamur juga dapat sangat membantu di area yang metode daur ulang tradisionalnya kurang efektif.
Keterbatasan ini diakui oleh peneliti dan mencatat bahwa meski jamur dapat digunakan di fasilitas pengelolaan limbah, bukan solusi menyeluruh untuk masalah limbah plastik yang terus bertambah.
Baca juga: Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia: Sejarah, Tujuan, dan Alternatifnya
"Kita harus berusaha melepaskan sesedikit mungkin plastik ke lingkungan. Plastik terbuat dari karbon fosil dan jika jamur memecahnya, tidak ada bedanya dengan kita membakar minyak atau gas dan melepaskan CO2 ke atmosfer,” kata Grossart.
Di sisi lain, negosiasi untuk perjanjian plastik global pertama tengah berlangsung dengan tahap akhir yang diadakan di Korea Selatan pada akhir tahun 2024.
Perjanjian tersebut dapat memetakan tentang bagaimana dunia dapat menangani tumpukan sampah plastik yang telah meresap ke segala hal mulai dari lautan terdalam, persediaan makanan, dan organ di tubuh kita.
Menurut Statista, produksi plastik global telah meroket dari 1,7 juta ton pada tahun 1950 menjadi 400 juta ton pada tahun 2022.
Dan meskipun ada peningkatan upaya, PBB melaporkan hanya sembilan persen sampah plastik yang didaur ulang di seluruh dunia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya