Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelestarian Sumber Air Jadi Kunci Hadirkan Air Bersih dan Sanitasi Layak bagi Masyarakat

Kompas.com, 22 Agustus 2024, 12:13 WIB
Aningtias Jatmika,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Air bersih dan sanitasi layak merupakan tujuan nomor 6 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Head of Climate and Water Stewardship AQUA Ratih Anggraini mengatakan, untuk memastikan pencapaian tujuan itu, sumber air wajib dijaga dan dilestarikan.

“Air sehat dinilai dari empat kriteria, yakni tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan bebas dari kontaminasi,” ujar Ratih dalam KG Media Lestari Summit 2024 di Hotel Raffles Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Sebagai salah satu penyedia air minum dalam kemasan (AMDK) terkemuka di Indonesia, AQUA memastikan produknya telah memenuhi kriteria air sehat.

Untuk memastikan air sehat, AQUA melakukan 5 tahap penelitian yang mencakup 9 kriteria dan lebih dari 650 parameter.

Lebih dari itu, AQUA juga berkomitmen penuh untuk menjaga dan melestarikan sumber air yang berasal dari sumber air terlindungi di pegunungan vulkanis terpilih itu.

“Kami berkomitmen untuk mengembalikan air ke alam dan masyarakat lebih banyak dari yang digunakan,” tegas Ratih.

Baca juga: 80 Persen Mangrove Rusak karena Alih Fungsi Lahan, Perlu Strategi Restorasi dan Perlindungan

Hal utama yang dilakukan AQUA adalah memastikan air yang digunakannya berasal dari akuifer terlindungi yang tidak terkontaminasi dari sumber air lain. Hal ini memastikan bahwa keberlanjutan air yang digunakan oleh operasional bisnis dan masyarakat tetap lestari.

Kemudian, AQUA juga meresapkan air di hulu guna memastikan sebanyak mungkin air dapat masuk ke dalam akuifer. Upaya ini dilakukan dengan sejumlah cara, mulai dari konservasi vegetatif, seperti penanaman pohon, maupun konservasi buatan, seperti membangun sumur resapan dan water pond.

“Ini dilakukan di lahan seluas lebih dari 6.000 hektare di seluruh Indonesia,” ucap Ratih.

Jaga ekosistem dan lahan pertanian

Untuk menjaga keseimbangan ekosistem di area sumber air, lanjut dia, AQUA juga berupaya memperkaya keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna.

Pasalnya, keseimbangan merupakan kunci agar suatu ekosistem dapat menjalankan fungsinya, termasuk dalam meresapkan air.

Upaya itu dilakukan AQUA dengan membangun lebih dari 17 taman keanekaragaman hayati (kehati) dengan luas total 156 hektare.

Ratih melanjutkan, untuk memastikan sumber air tetap terjaga dan lestari, AQUA juga mendorong pertanian regeneratif, yakni pertanian yang berfokus pada penggunaan air secara efisien.

Upaya tersebut diterapkan pada kelompok tani di area hulu dalam bentuk agroforestri. Sementara, upaya di area tengah serta hilir diterapkan pada pertanian hortikultura dan padi.

Seperti diketahui, lahan pertanian umumnya digenangi air dalam jumlah besar. Selain pemborosan, hal ini juga tidak berdampak signifikan terhadap produktivitas.

Untuk itu, AQUA mendorong kelompok tani untuk menerapkan sistem air berselang yang lebih hemat air dan terbukti meningkatkan produktivitas.

Lebih dari itu, AQUA juga memastikan bahwa lahan tersebut bebas cemaran bahan kimia, termasuk dalam bentuk pestisida dan pupuk kimia.

“Setelah proses tersebut, kami juga turut membangun akses pasar bagi para petani,” ujar Ratih.

Tak hanya ekosistem di sekitar sumber air, AQUA juga memastikan penerapan prinsip keberlanjutan di seluruh fasilitas produksinya.

Salah satunya dilakukan dengan reuse, reduce, recycle, dan reclaim sehingga air dapat digunakan secara sirkular.

Baca juga: Tantangan Pendanaan Startup Hijau: Perlu Lebih Banyak Rekognisi

Ratih menambahkan bahwa menjaga serta melestarikan sumber air bukan sekadar melindungi dan mengembalikan air ke alam.

“Hal yang tak kalah penting adalah bagaimana kita memastikan air memberi manfaat untuk masyarakat sehingga kita semua bersama-sama dapat tumbuh berkembang,” jelas dia.

Untuk itu, AQUA juga menyediakan akses air bersih serta sanitasi bagi 500.000 masyarakat di 46 kota dan kabupaten.

Demi mengoptimalkan komitmen itu, AQUA bekerja sama dengan universitas, pemerintah, kelompok masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta lembaga keuangan mikro dan perbankan.

“Kami berupaya 100 persen untuk memberikan perlindungan dari hulu ke hilir demi menjaga air tetap lestari dan SDGs poin 6 pun tercapai,” imbuh Ratih.

Sebagai informasi, KG Media Lestari Summit 2024 merupakan forum yang diselenggarakan oleh KG Media sebagai wadah bagi para pemimpin serta praktisi sustainability untuk bertukar pikiran dan menginspirasi satu sama lain.

Gelaran ini juga diharapkan dapat membuka kesempatan kolaborasi untuk pencapaian SDGs di Indonesia.

Acara yang diorganisir oleh empat media besar di bawah naungan KG Media, yakni Kompas.com, KompasTV, Kontan, dan National Geographic Indonesia, itu mengusung tema “Fostering Sustainability Through Inclusive Local Practice and Policy Making”.

KG Media berkolaborasi dengan mitra seperti BRI, Astra, PLN, dan Pertamina untuk mendukung kesuksesan Lestari Summit 2024.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau