Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

80 Persen Mangrove Rusak karena Alih Fungsi Lahan, Perlu Strategi Restorasi dan Perlindungan

Kompas.com - 22/08/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Mayoritas mangrove di Indonesia yang rusak disebabkan oleh alih fungsi lahan. Sebagian besar alih fungsi lahan tersebut diperuntukkan bagi tambak.

Hal tersebut disampaikan Direktur Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Imran Amin dalam Lestari Summit 2024 di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Lestari Summit 2024 adalah forum yang digelar KG Media sebagai wadah bagi para pemimpin dan praktisi keberlanjutan untuk bertukar pikiran dan menginspirasi satu sama lain.

Baca juga: Mangrove dan Padang Lamun Berpotensi Jadi Gudang Karbon Biru RI

Kegiatan ini juga sekaligus membuka kesempatan kolaborasi dari para pihak untuk mencapai SDGs di Indonesia.

KG Media berkolaborasi dengan mitra seperti BRI, Astra, PLN, dan Pertamina untuk mendukung kesuksesan Lestari Summit 2024.

Imran menuturkan, luasan lahan mangrove di Indonesia mencapai setidaknya sekitar 3,3 juta hektare. Luasan tersebut sekitar 23 persen dari total lahan mangrove di Bumi yang mencapai sekitar 15 juta hektare.

Menurut sejumlah penelitian, mangrove dapat menyimpan karbon antara tiga sampai lima kali lipat lebih besar daripada vegetasi daratan.

Baca juga: Garuda Indonesia Restorasi Lingkungan Lewat Penanaman Bibit Mangrove

Sayangnya, ucap Imran, 60 persen lahan mangrove di Indonesia rusak. Sebagian besar dari kerusakan tersebut yakni 80 persen disebabkan oleh alih fungsi lahan, mayoritas untuk keperluan tambak.

Di satu sisi, tidak mudah untuk menutup tambak tersebut. Untuk sebab itu, YKAN berupaya menahan agar tidak ada lagi pembukaan tambak baru.

"Konsep yang kami coba bangun bukan untuk menutup tambak-tambak masyarakat atau tambak-tambak yang ada di wilayah mangrove. Tapi bagaimana mengembangkan tambak yang ada tanpa harus lagi mengembangkan tambak-tambak baru yang ada di mangrove yang tersisa di Indonesia," ujar Imran.

Upaya tersebut dilakukan YKAN melalui kerja sama dengan sektor swasta.

Baca juga: Ekosistem Gambut dan Mangrove Indonesia dalam Konstelasi Pemanasan Global

Dia menambahkan, melalui strategi tersebut, YKAN mengajak petambak mengupayakan tambak-tambak yang ada dengan luasan yang dikurangi, namun dengan produksi yang lebih baik.

Tambak yang dikurangi tersebut dilakukan upaya restorasi mangrove untuk memperbaiki ekosistem yang sudah rusak.

Kegiatan restorasi tersebut tidak harus selalu dalam bentuk menanam pohon, tapi juga bisa dilakukan mengembalikan ekosistem mangrove tersebut dengan mengupayakan agar bisa tumbuh sendiri.

Di sisi lain, besarnya alih fungsi mangrove tersebut juga tak lepas dari pola perlindungan yang belum maksimal.

Baca juga: Ekosistem Gambut dan Mangrove Indonesia dalam Konstelasi Pemanasan Global

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau