Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Pendanaan Startup Hijau: Perlu Lebih Banyak Rekognisi

Kompas.com - 22/08/2024, 10:35 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Startup yang berfokus pada isu lingkungan maupun sosial, memiliki peluang besar. Namun, masih ada sejumlah tantangan, salah satunya pendanaan. 

Seperti dialami startup lokal pengembang proyek penyerapan karbon berbasis biochar atau bioarang, Neutura, yang terus berupaya mengenalkan pentingnya proses carbon removal. 

“Yang paling sulit itu memang mengenalkan konsep. Jadi untuk di dunia agriculture, dunia pertanian dan pertambangan, banyak yang pola pikirnya masih konservatif," ujar Co-Founder Neutura, Refi, saat sesi talkshow "Opportunities and Challenges for Green Industries Fundings in Indonesia" dalam KG Media Lestari Summit 2024 di Jakarta, Rabu (21/8/2024). 

Baca juga: 40 Pemda Terapkan EFT, Pendanaan Lingkungan Hidup di Daerah

Oleh karena itu, pihaknya terus mengenalkan dan memperluas informasi mengenai pentingnya pengolahan sampah, dampak sampah terhadap lingkungan, dan solusi yang ditawarkan. 

"Dengan solusi kami, itu dapat mengubah sampah menjadi barang yang memiliki value added dan berguna untuk tanah. Jadi kami masih kesulitan menjelaskan konsep baru ini," imbuhnya. 

Menurut Refi, sebagian besar industri di Indonesia masih lebih banyak berfokus terhadap proyek carbon offset (tebus karbon) sebagai kompensasi terhadap emisi yang dihasilkan perusahaan.

Adapun pembahasan carbon removal (mengurangi karbon) seperti yang dilakukan pihaknya, masih belum terlalu populer. 

"Kalau ngomongin carbon removal yang benar-benar me-remove carbon dari atmosfer, itu memang masih jarang pembicaraannya. Hanya orang-orang akademisi atau pelaku iklim bisnis yang aware, tapi kalau industri yang konvensional, tantangan awalnya adalah mengenalkan dan meyakinkan konsep ini," terang dia. 

Baca juga: Bersiap, BRIN Tawarkan Pendanaan Rp 300 Juta Bagi Startup Berbasis Riset

Sasar investor hijau

Tantangan lain dalam pendanaan startup hijau, dikatakan Refi, adalah penggunaan teknologi yang efisien, artinya terjangkau dari segi biaya dan waktu, sekaligus juga produktif.

Hal ini terus diupayakan dengan melakukan riset dan pengembangan (research and development/RnD), yang membutuhkan pendanaan besar.

Oleh karena itu, Neutura membawa hasil riset tersebut untuk menyasar para investor yang juga berfokus pada keberlanjutan. 

“Kami cari investor yang tertarik dengan isu sustainability (keberlanjutan). Kalau ke investor baru, kami harus jelaskan konsep ini dari awal dan mereka juga ingin lebih cepat untung," terangnya. 

Sementara, dengan investor yang memang sudah lebih memerhatikan keberlanjutan, umumnya mereka memahami besaran dana untuk melakukan riset. 

Baca juga: Penyaluran Green Financing Implementasi Climate Finance di Indonesia

Neutura, ia menambahkan, kemudian juga mendekati investor maupun perusahaan yang ingin meningkatkan portofolio hijaunya.

Refi menjelaskan, portofolio hijau saat ini sangat penting bagi perusahaan, terutama jika mereka ingin mendapatkan pendanaan dari luar negeri. Misalnya dari lembaga keuangan seperti Bank Dunia (World Bank) dan Asia Development Bank.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau