Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Kinerja Hijau dan Implementasi "Green Leadership"

Kompas.com - 28/08/2024, 12:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEPEMIMPINAN yang peduli dengan keseimbangan alam menjadi sesuatu yang tidak terbantahkan. Tuntutan disematkan oleh stakeholder untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Terlebih, pembangunan dalam dekade terakhir telah memunculkan masalah seperti degradasi lingkungan dan ketidakadilan sosial.

Pemimpin membutuhkan konsep kepemimpinan yang relevan untuk bisa membangun ketiga hal secara bersamaan.

Di tengah problematika diskursus tersebut, konsep green leadership muncul sebagai pendekatan krusial untuk mengarahkan Indonesia menuju masa depan lebih baik.

"Green leadership": Pendekatan transformatif

Dalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak ahli yang menjabarkan tentang kepemimpinan hijau. Dalam kepemimpinan hijau, ada terminologi yang disebut dengan green transformational leadership (GTL).

Chen & Chang (2013) mendeskripsikan GTL sebagai gaya kepemimpinan yang melibatkan motivasi dan inspirasi bagi karyawan untuk mencapai tujuan lingkungan dan melampaui tingkat kinerja kreatif hijau yang diharapkan.

Sementara itu, Mittal & Dhar (2016) menggambarkan kepemimpinan hijau sebagai kepemimpinan kharismatik seorang individu dalam memengaruhi individu lain untuk melakukan kegiatan yang proterhadap lingkungan.

Kardoyo et al. (2020) menjelaskan bahwa kepemimpinan hijau sebagai kemampuan seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan yang proterhadap lingkungan dan harus mampu memengaruhi organisasi untuk mendukung kebijakan yang proterhadap lingkungan.

Peneliti-peneliti di atas menggambarkan kepemimpinan hijau dalam konteks transformatif merupakan hal lumrah.

Nuansa di dunia saat ini melukiskan bagaimana kita perlu mengubah cara kita dalam bernegara, berbisnis, dan berkarya dengan lebih menitikberatkan pada dampak lingkungan.

Alhasil, kepemimpinan hijau muncul sebagai konsep yang dapat pemimpin adopsi sebagai panduan untuk memiliki pola pikir keberlanjutan.

Dampak dari kepemimpinan hijau telah diteliti oleh banyak ahli, terutama aspek pengaruhnya terhadap organisasi dan anggota.

Beberapa hasil yang muncul adalah bahwa pemimpin hijau berpengaruh terhadap proses kreatif anggota, perilaku anggota, serta manajemen manusia.

Garis akhirnya adalah munculnya inovasi-inovasi hijau. Artinya, kepemimpinan hijau berdampak besar pada banyak aspek.

Kepemimpinan hijau menjadi relevan di Indonesia di tengah masifnya pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur harus menitikberatkan pada dampak lingkungan, sehingga pembangunan jadi lebih tepat guna.

Pemimpin di Indonesia memiliki beberapa fokus atau target agar pembangunan bisa lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Tiga fokus pembangunan hijau Indonesia

Sekiranya, ada tiga fokus pembangunan hijau di Indonesia sampai pada 2045. Fokus pertama adalah industrialisasi sumber daya alam.

Sumber daya alam Indonesia sangat melimpah sehingga industrialisasi dapat meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja di dalam negeri.

Pada 2045, Indonesia ingin menjadi negara maju dengan pertumbuhan industri 7-8 persen.

Industrialisasi saat ini perlu terintegrasi dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Pemimpin pun perlu bertransformasi menjadi pemimpin hijau.

Studi dari CELIOS dan Greenpeace tahun 2023 mengungkapkan tiga manfaat transisi menuju ekonomi hijau.

Pertama, ekonomi hijau berdampak pada output ekonomi nasional sebesar Rp 4.376 triliun. Kedua, memberikan tambahan produk domestik bruto sebesar Rp 2.943 triliun dalam 10 tahun kedepan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Pemerintah Janji Sediakan BBM Rendah Sulfur dengan Harga Subsidi

Pemerintah Janji Sediakan BBM Rendah Sulfur dengan Harga Subsidi

Pemerintah
Survei: Satu dari Lima Pekerja Tertarik Pelajari Green Skill

Survei: Satu dari Lima Pekerja Tertarik Pelajari Green Skill

Pemerintah
Polusi Udara dan Krisis Kesehatan Jadi Alasan Mendesaknya BBM Rendah Sulfur

Polusi Udara dan Krisis Kesehatan Jadi Alasan Mendesaknya BBM Rendah Sulfur

Pemerintah
Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik Berpotensi Tingkatkan Bisnis Lokal

Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik Berpotensi Tingkatkan Bisnis Lokal

Pemerintah
Survei CBRE: “Green Building” Dipandang Makin Penting Bagi Perusahaan

Survei CBRE: “Green Building” Dipandang Makin Penting Bagi Perusahaan

Pemerintah
McKinsey Sebut Transisi Energi Global Hadapi Rintangan

McKinsey Sebut Transisi Energi Global Hadapi Rintangan

Pemerintah
Ekowisata Satwa Liar Bisa Dorong Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

Ekowisata Satwa Liar Bisa Dorong Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

LSM/Figur
Kolaborasi Multipihak Jadi Kunci Tercapainya SDGs

Kolaborasi Multipihak Jadi Kunci Tercapainya SDGs

Swasta
Hutan Wakaf Bisa Jadi Inisiatif Strategis Penerapan ESG

Hutan Wakaf Bisa Jadi Inisiatif Strategis Penerapan ESG

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau