Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

18 tahun sebagai akademisi (dosen), konsultan, pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & sustainability (keberlanjutan). Saat ini mengemban amanah sebagai Full-time Lecturer, Associate Professor & Head of Centre Sustainability and Leadership Centre di LSPR Institute of Communication & Business, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Dewan Pakar Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT), GEKRAF & HIPMI Institute

Kinerja Hijau dan Implementasi "Green Leadership"

Kompas.com, 28 Agustus 2024, 12:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketiga, ekonomi hijau dapat membuka hingga 19,4 juta lapangan kerja baru. Keempat, pendapatan pekerja meningkat hingga Rp 902,2 triliun.

Dampak dari ekonomi hijau tidak dapat dicapai tanpa adanya digitalisasi. Digitalisasi menjadi pilar penting dalam ekonomi Indonesia maupun global.

Teknologi digital memungkinkan efisiensi yang lebih besar dalam berbagai sektor, mulai dari manufaktur, transportasi, hingga layanan publik.

Digitalisasi juga membuka peluang besar untuk menciptakan ekonomi lebih inklusif dan berkelanjutan, dengan memungkinkan akses lebih mudah ke informasi, layanan, dan pasar bagi seluruh lapisan masyarakat.

Kita bisa ambil contoh pemanfaatan QRIS. Penggunaan QRIS mengurangi penggunaan kertas, sehingga dapat meminimalkan penebangan hutan.

Pada April 2024, Bank Indonesia mencatat transaksi di QRIS meningkat 175,44 persen secara tahunan. Nilai transaksi digital banking tumbuh 16,15 persen menjadi Rp 15.881,53 triliun.

Penggunaan QRIS menjadi ilustrasi bagaimana digitalisasi berkontribusi pada ekonomi hijau. Pada dasarnya ekonomi hijau adalah ekonomi berbasis lingkungan, bagaimana pemimpin dapat meningkatkan produktivitas ekonomi sembari menjaga kelestarian alam.

Penelitian dari Hao et al. (2023) memvalidasi hubungan antara digitalisasi dengan ekonomi hijau.

Menurut mereka, digitalisasi dan pertumbuhan ekonomi hijau mewakili tren pertumbuhan stabil, dan digitalisasi secara keseluruhan secara signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau.

Dengan demikian, digitalisasi di sektor ekonomi hijau harus dilakukan. Kepemimpinan hijau harus mendorong penggunaan energi terbarukan dalam infrastruktur digital dan mempromosikan efisiensi energi dalam operasional teknologi.

Fokus ketiga adalah pembangunan ekonomi berkelanjutan. Pondasi dalam pilar ini adalah pembangunan manusia.

Artinya, kepemimpinan hijau perlu membekali manusia-manusia Indonesia dengan kemampuan yang relevan dengan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Mengutip dari DW, Kementerian PPN/Bappenas memperkirakan akan ada 15,3 juta pekerjaan baru di sektor ekonomi hijau hingga 2045.

Meskipun belum ada data spesifik, angka ini merupakan potensi yang perlu pemerintah gali. Pemimpin hijau harus mempersiapkan infrastruktur dan ekosistem yang memungkinkan pertumbuhan talenta-talenta hijau.

Anak muda di Indonesia sangat meminati pekerjaan di sektor hijau ini. Riset UKM Suara Mahasiswa dengan Yayasan Cerah tahun 2023 menemukan, ada 98 persen anak muda yang tertarik bekerja di sektor hijau.

Dari sisi pemberi kerja, mereka juga menginginkan talenta-talenta di sektor hijau. Namun demikian, menurut survei lembaga nirlaba tenaga kerja nasional Jobs for the Future di tahun 2024, sebanyak 80 persen pemberi kerja mengakui bahwa lebih banyak sumber daya seperti akses pendanaan dan informasi akan membantu karyawannya, meningkatkan kesadaran akan bisnis mereka, dan menciptakan lebih banyak pekerjaan.

Indonesia merupakan negara dengan penerima investasi hijau terbesar di Asia Tenggara. Dalam Southeast Asia’s Green Economy 2024 Report, Indonesia menerima sebesar 1,59 miliar dollar AS, meningkat 28 persen dari tahun sebelumnya.

Pemimpin hijau harus manfaatkan capaian tersebut karena investor melihat potensi besar Indonesia dalam ekonomi hijau.

Merajut simpul kepemimpinan hijau

Oleh karena itu, kepemimpinan hijau perlu menerapkan kebijakan yang mendukung ekosistem pembangunan ekonomi hijau.

Ekosistem ekonomi hijau melibatkan masyarakat lokal, perusahaan, pemerintah, akademisi, media, dan organisasi nonprofit.

Perlu adanya kolaborasi dan kemitraan yang komprehensif dari masing-masing pemangku kepentingan agar ekosistem ekonomi hijau bisa terbentuk.

Setidaknya, ada tiga hal yang perlu kita persiapkan secara matang agar bisa meraih ekonomi hijau dengan maksimal.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau