Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknik Ramah Lingkungan Bisa Ubah Air Limbah Jadi Bahan Bakar

Kompas.com - 28/08/2024, 11:43 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Air limbah penuh dengan polutan yang mengandung nitrogen dapat diubah menjadi amonia dan air murni serta oksigen sebagai produk sampingannya.

Itu dilakukan dengan mengaplikasikan teknik ramah lingkungan yakni penggunaan reaktor kimia multi-bilik.

Alternatif yang berkelanjutan ini membutuhkan energi yang jauh lebih sedikit daripada metode konvensional.

Seperti dikutip dari New Scientist, Rabu (28/8/2024) pertanian, sistem pendinginan, kertas, perlengkapan pembersih, dan industri lainnya menggunakan ratusan juta ton amonia setiap tahun.

Pembuatan bahan kimia sebanyak itu menggunakan sekitar 2 persen dari total energi dan menyumbang 1,4 persen dari emisi karbon dioksida global.

Sebagian dari harga lingkungan yang harus dibayar ini disebabkan oleh cara konvensional untuk memproduksi amonia yang memerlukan suhu dan tekanan tinggi.

Baca juga: Pemerintah Bakal Kembangkan Bahan Bakar Nabati untuk Penerbangan

Amonia Berkelanjutan

Untuk membuat produksi amonia lebih berkelanjutan. Feng-Yang Chen di Rice University di Texas dan rekan-rekannya ingin mengganti teknik tersebut dengan reaktor suhu ruangan.

Reaktor ini menyerap air yang tercampur dengan nitrat-- senyawa nitrogen yang sering ditemukan dalam air limbah, seperti limbah industri atau limpasan pertanian yang terkontaminasi pupuk berbasis nitrogen.

Setelah air nitrat memasuki ruang pertama dari tiga ruang, elektroda, mirip dengan yang ditemukan dalam baterai, menciptakan reaksi elektrokimia yang mengubah cairan menjadi tiga komponen.

Hanya amonia yang tersisa di ruang pertama reaktor, sementara air murni mengalir keluar melalui ruang kedua dan oksigen masuk ke ruang ketiga.

Karena amonia hanya mengandung nitrogen dan hidrogen, reaksi elektrokimia ini tidak memerlukan bahan apa pun selain air limbah.

Sementara air murni yang dihasilkan sebagai produk sampingan cukup bersih untuk memenuhi peraturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk air minum.

Baca juga: Minyak Sawit Diperebutkan Pangan dan Bahan Bakar, Lingkungan Jadi Korban

Lebih lanjut, dalam percobaan dengan sampel air yang memiliki konsentrasi nitrat yang realistis, reaktor memproses 100 mililiter dalam waktu sekitar satu jam dan tetap bekerja dengan baik saat beroperasi selama 10 hari berturut-turut.

Peneliti pun berharap bisnis dan pertanian lokal bisa menggunakan reaktor tersebut untuk mendaur ulang air limbah, alih-alih mengirimkannya ke pabrik pengolahan yang jauh dan menyia-nyiakan potensi pembuatan amonia.

Dalam skenario terbaik, pertanian bisa memiliki reaktornya sendiri yang ditenagai oleh tenaga surya atau angin.

Petani dapat mengalirkan air limbah lokal melalui perangkat tersebut dan segera menggunakan kembali amonia yang telah terekstraksi sebagai bahan bakar atau pupuk.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Swasta
Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pemerintah
Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Pemerintah
Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

LSM/Figur
Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau