Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/09/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Investasi Indonesia/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosan Roeslani mengatakan, investasi energi terbarukan global mengalami kesenjangan.

Dia menuturkan, investasi energi terbarukan di negara berkembang sangat sedikit bila dibandingkan Chna dan negara maju.

Pada 2023, investasi energi terbarukan yang masuk ke China mencapai 44 persen dari total investasi di seluruh dunia senilai 623 miliar dolar AS.

Baca juga: Negara Berkembang Tak Boleh Ditinggalkan dalam Investasi Transisi Energi

Sementara itu, investasi energi terbarukan ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) masing-masing 21 persen dan 14 persen.

"Amerika Latin, Afrika, dan Asia, kecuali China, hanya mendapat 18 persen dari total penambahan meskipun mewakili lebih dari dua pertiga populasi global," kata Rosan dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (5/9/2024) yang dipantau secara daring.

Rosan menyampaikan, minimnya investasi di negara-negara berkembang tersebut tak lepas dari sejumlah hambatan.

Berbagai kendala tersebut meliputi infrastruktur yang tidak memadai, beberapa persyaratan investasi awal yang besar, dan hambatan untuk memperoleh pembiayaan.

Baca juga: Luhut: Transisi Energi Tergantung Konteks dan Kebutuhan Sendiri

Sebagai contoh, biaya investasi pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) lepas pantai di negara berkembang lebih tinggi.

Hal itu, menurut Roslan, disebabkan oleh kekhawatiran tentang penegakan hukum hingga fluktuasi mata uang.

Meski terganjang sejumlah hambatan, Roslan menegaskan energi terbarukan di negara berkembang menawarkan peluang yang jauh lebih besar.

Negara-negara berkembang juga memiliki sumber daya terbarukan yang belum dimanfaatkan dengan besar.

Contohnya Indonesia memiliki potensi energi terbarukan mencapai 3,7 gigawatt (GW). Akan tetapi sejauh ini yang baru termanfaatkan hanya 1 persennya saja.

Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Desak Target Energi Terbarukan Capai 60 Persen

Selain itu, negara-negara berkembang diproyeksikan bakal mengalami peningkatan energi terbarukan yang besar.

International Energy Agency (IEA) memperkirakan, pangsa pembangkit energi terbarukan di Asia Tenggara pada 2040 bisa meningkat hampir tiga kali lipat dari level saat ini.

"Negara-negara berkembang berupaya keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sehingga perlu menarik investasi asing langsung sekaligus melakukan dekarbonisasi ekonomi," jelas Roslan.

Untuk itu, Roslan mengajak negara-negara berkembang untuk membangun sistem energi tangguh yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga lingkungan.

"Dengan berbagi praktik terbaik dan membina kerja sama regional, kita dapat mempercepat kemajuan kolektif kita. Pemerintah dan industri juga perlu lebih gesit dan adaptif terhadap situasi geoekonomi yang dinamis," jelas Roslan.

Baca juga: RI Lirik Kerja Sama Pengembangan Energi Panas Bumi Afrika

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah

Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah

Pemerintah
Pelancong Mau Bayar Lebih untuk Penerbangan Rendah Emisi

Pelancong Mau Bayar Lebih untuk Penerbangan Rendah Emisi

Pemerintah
100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

LSM/Figur
BPOM Perlu Percepat Pelabelan BPA pada Air Minum Galon

BPOM Perlu Percepat Pelabelan BPA pada Air Minum Galon

LSM/Figur
Dampak Positif IMIP pada Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali

Dampak Positif IMIP pada Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali

Swasta
Gerakan Menanam Pohon dari Kader Jadi Kado Ulang Tahun ke-78 Megawati

Gerakan Menanam Pohon dari Kader Jadi Kado Ulang Tahun ke-78 Megawati

LSM/Figur
Studi: Hilirisasi Nikel Perlu Terapkan ESG untuk Ciptakan Pekerjaan Hijau

Studi: Hilirisasi Nikel Perlu Terapkan ESG untuk Ciptakan Pekerjaan Hijau

LSM/Figur
DBS Indonesia Siapkan Rp 100 Miliar untuk Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Kelompok Rentan

DBS Indonesia Siapkan Rp 100 Miliar untuk Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Kelompok Rentan

Swasta
BNI Implementasikan Kesetaraan Gender di Ruang Kerja

BNI Implementasikan Kesetaraan Gender di Ruang Kerja

BUMN
AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

LSM/Figur
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Pemerintah
Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Pemerintah
Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau