Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Sebabkan 400 Juta Siswa Terdampak Penutupan Sekolah

Kompas.com - 08/09/2024, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - 400 juta siswa di seluruh dunia terdampak penutupan sekolah akibat cuaca ekstrem sejak 2022, menurut laporan baru dari Bank Dunia.

Anak-anak di negara-negara berpendapatan rendah menjadi kelompok paling terdampak. Rata-rata, mereka kehilangan 18 hari sekolah hilang setiap tahunnya akibat cuaca ekstrem.

Sedangkan anak-anak di negara yang lebih kaya kehilangan 2,4 hari sekolah akibat cuaca ekstrem, sebagaimana dilansir Euronews, Rabu (4/9/2024).

Baca juga: IISF 2024, Menko Luhut Harap Anak Muda Semakin Sadar Krisis Iklim

Laporan tersebut juga menemukan, seorang anak berusia 10 tahun pada 2024 akan mengalami banjir tiga kali lebih banyak, kekeringan lima kali lebih banyak, dan gelombang panas 36 kali lebih banyak sepanjang hidup mereka dibandingkan dengan anak berusia 10 tahun pada 1970.

Bahkan ketika sekolah dibuka, anak-anak masih bisa kehilangan kesempatan belajar karena perubahan iklim.

Di Brasil misalnya, siswa di 50 persen kotamadya termiskin dapat kehilangan setengah tahun belajar karena panas ekstrem.

Wakil Presiden Bidang Pengembangan Manusia Bank Dunia Mamta Murthi mengatakan, anak-anak menjadi kelompok yang secara langsung terdampak krisis iklim.

Baca juga: Jokowi Ajak Negara Maju dan Berkembang Kolaborasi Lawan Iklim

Di satu sisi, kata Murthi, mereka menjadi kelompok yang paling bersemangat beraksi untuk mengatasi perubahan iklim.

"Namun, sistem pendidikan tidak memberikan informasi, keterampilan, dan peluang yang mereka butuhkan di dunia yang terdampak iklim," kata Murthi.

Dia pun menyayangkan kondisi tersebut. Sebab inilah waktu yang tepat untuk merevolusi pendidikan sehingga manusia dapat beradaptasi dan mengurangi krisis iklim.

Pendanaan

Pendidikan tidak hanya terancam oleh perubahan iklim, tetapi juga sangat diabaikan dalam hal pendanaan iklim.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa hanya 1,5 persen dari pendanaan penting ini yang digunakan untuk pendidikan.

Baca juga: Jokowi: Krisis Iklim Tak Selesai Jika Hanya Pakai Pendekatan Ekonomi

Namun, estimasi baru dalam laporan Bank Dunia menunjukkan, jumlah pendanaan yang relatif kecil saja dapat membantu sekolah beradaptasi dan meminimalkan hilangnya pembelajaran.

Investasi satu kali sebesar 18,51 dollar AS (Rp 280.000) per siswa saja dapat membantu menjaga pembelajaran dari perubahan iklim dengan meningkatkan suhu ruang kelas, membangun infrastruktur yang tangguh, dan melatih guru.

Direktur Global untuk Pendidikan Bank Dunia Luis Benveniste menuturkan, ada banyak langkah yang berbiaya rendah dalam memanfaatkan pendidikan dan pembelajaran untuk aksi iklim sambil mengadaptasi sistem pendidikan terhadap perubahan iklim.

"Meningkatkan infrastruktur sekolah, memastikan keberlanjutan pembelajaran, dan memanfaatkan siswa dan guru sebagai agen perubahan positif yang efektif, semuanya dapat berkontribusi pada planet yang lebih layak huni," ujar Benveniste.

Baca juga: Target Iklim RI dalam Draf Second NDC Kurang Ambisius

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Pemerintah
Emisi Karbon Naik 50.000 persen Akhir Abad Ini Akibat Hutan Mangrove Rusak

Emisi Karbon Naik 50.000 persen Akhir Abad Ini Akibat Hutan Mangrove Rusak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau