KOMPAS.com - Perusahaan induk Facebook dan Instagram, Meta, berencana memanfaatkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) untuk menyuplai kebutuhan listrik pusat datanya alias data center.
Guna merealisasikan rencana tersebut, Meta menjaling kerja sama dengan perusahaan rintisan yang bergerak di bidang energi panas bumi, Sage Geosystems.
Kerja sama tersebut akan menggunakan teknologi Geopressured Geothermal System (GGS) milik Sage Geosystems, sebagaimana dilansir Sustainability News, Senin (9/9/2024).
Baca juga: 7 Wilayah Ini Akan Integrasikan Pembangkit Panas Bumi Co-Generation
Kemitraan antara Meta dan Sage Geosystems tersebut dapat memfasilitasi adopsi energi terbarukan berupa PLTP secara lebih luas.
Kerja sama tersebut juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan stabilitas jaringan dan campuran energi terbarukan yang lebih beragam.
"Di Meta, kami memahami kebutuhan daya listrik yang andal, terjangkau, dan bebas karbon," bunyi pernyataan Meta.
Perusahaan tersebut juga menyampaikan akan berkomitmen untuk memelopori inisiatif energi bersih guna mendukung pekerjaan mereka.
Tahap pertama proyek ini akan mulai beroperasi pada 2027. Meta menargetkan dapat menyuplai kebutuhan listrik pusat datanya yang baru dari PLTP hingga 150 megawatt (MW).
Baca juga: Panas Bumi dan Air Berpotensi Jadi Sumber Energi Listrik Utama Nasional
Di sisi lain, meski menawarkan banyak keuntungan, energi panas bumi juga memiliki sejumlah tantangan.
Tantangan tersebut dapat mencakup biaya awal yang tinggi, risiko geologis, dan potensi dampak lingkungan yang harus dikelola dengan hati-hati.
Kolaborasi antara Meta dan Sage Geosystems tersebut menandai langkah signifikan dalam mengomersialkan teknologi panas bumi yang inovatif.
Jika berhasil, proyek tersebut mungkin menjadi model bagi organisasi besar lainnya yang ingin mengurangi jejak karbon sambil mempromosikan pengembangan teknologi energi berkelanjutan.
Selain PLTP, Meta juga menjalin kerja sama pengembangan energi terbarukan untuk menyuplai kebutuhannya.
Baca juga: RI Lirik Kerja Sama Pengembangan Energi Panas Bumi Afrika
Raksasa teknologi tersebut telah mengontrak lebih dari 12.000 MW dalam proyek energi terbarukan.
Bagaimanapun, pusat data terus bertambah di seluruh dunia untuk memenuhi permintaan kebutuhan digital manusia yang terus meningkat.
Di sisi lain, pusat data membutuhkan energi listrik yang sangat besar. Borosnya konsumsi energi yang besar dari pusat data terus mendapatkan perhatian serius.
Sebab, bila kebutuhan listrik pusat data mengandalkan bahan bakar fosil seperti batu bara, emisi yang dihasilkan bisa memperparah perubahan iklim.
Oleh sebab itu, menemukan cara yang berkelanjutan seperti energi terbarukan untuk mencukupi kebutuhan listrik untuk pusat data tersebut menjadi semakin penting.
Baca juga: Pemerintah Dorong Optimalisasi Energi Panas Bumi Lewat Co-Generation
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya