KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama sepekan ke depan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi seperti hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang.
Khusus untuk wilayah dengan topografi bergunung atau tebing, warga perlu mewaspadai dampak bencana akibat cuaca ekstrem.
Baca juga: Desember Masih Puncak Musim Kemarau, Bencana di Depan Mata
Contoh bencana yang dimaksud seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.
BMKG turut merilis dampak prakiraan hujan lebat dalam tiga hari ke depan mulai Selasa (26/12/2023) hingga Kamis (28/2023).
Berdasarkan Prakiraan Berbasis Dampak atau Impact Based Forecast (IBF) berikut daftar provinsi dengan kategori "waspada":
Baca juga: 5 Bencana Terbanyak di Indonesia Sepanjang 2023
Baca juga: Tak Ada Ancaman Gunung Berapi dan Tsunami, Babel Waspada Bencana Ini
Sedangkan provinsi dengan kategori "waspada" menurut skor IBF dari BMKG adalah:
Baca juga: Waspada Bencana Hidrometeorologi
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, pakar meteorologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian mengatakan, puncak musim kemarau saat ini masih berlangsung antara September sampai Januari 2024.
Hal ini disebabkan fenomena El Nino yang dampaknya makin parah akibat perubahan iklim. Menurutnya, hawa panas masih sangat terasa.
Fenomena El Nino bisa dilihat dari kenaikan rata-rata suhu air laut Samudra Pasifik yang berada di atas normal.
Hal ini mengakibatkan curah hujan berkurang dan musim kemarau memanjang. Di Indonesia, musim hujan diperkirakan baru akan terjadi di sekitar Januari sampai Februari 2024 saja, sebelum masuk lagi ke musim panas.
Baca juga: Kejar Indonesia Emas 2045, Ketahanan terhadap Bencana Perlu Disiapkan
Musim hujan yang pendek ini menimbulkan kekhawatiran karena curah hujan yang tumpah bisa lebih intens.
Bencana yang terkait dengan air seperti banjir dan longsor bisa semakin di depan mata. Yang basah semakin basah sementara yang kering akan menjadi lebih kering.
"Tapi yang dikhawatirkan di Indonesia itu adalah yang basah semakin basah. Seperti yang terjadi di Sumatera Barat yang kena banjir bandang," kata Edvin.
Dia menguraikan dampak perubahan iklim terhadap kenaikan curah hujan. Pertama, pemanasan iklim menyebabkan peningkatan curah hujan ekstrem di sebagian besar dunia.
Baca juga: Kejar SDGs Desa, Desa Wisata dan Tanggap Bencana Masuk Program Kunci
Peningkatan ini terjadi karena pemanasan udara, yang terkait dengan peningkatan kapasitas penampungan air dan kelembaban air.
Kedua, hujan lokal dengan intensitas tinggi memiliki lebih banyak uap air saat udara lebih panas.
Sehingga, badai besar menghasilkan lebih banyak hujan, menyebabkan banjir dan tanah longsor. Saat udara panas, kemungkinan kebakaran hutan juga naik karena kekeringan.
Ketiga, dengan proyeksi terus meningkatnya suhu udara, fenomena ini akan terus berlanjut. Oleh karena itu, kemungkinan besar akan ada frekuensi dan intensitas hujan ekstrem yang lebih tinggi di masa depan, meskipun tidak dapat diprediksi.
Baca juga: Bencana Akibat Perubahan Iklim Sebabkan 43,1 Juta Anak Mengungsi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya