KOMPAS.com - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana membangun transmisi yang mengintegrasikan koneksi sejumlah pulau di Indonesia, terutama di tiga pulau utama yakni Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.
Transmisi yang diberi nama Green Super Grid tersebut dimaksudkan untuk menyalurkan energi terbarukan ke pusat beban, seperti di Jawa.
Direktur Legal & Human Capital PT PLN Yusuf Didi Setiarto menyampaikan, interkoneksi transmisi lintas pulau tersebut menjadi solusi menyalurkan energi terbarukan, terutama energi yang andal, yang berada jauh dari pusat beban.
Baca juga: Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil
Dia mencontohkan, energi hidro yang besar terletak di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Kalimantan.
Sedangkan potensi energi panas bumi yang besar ada di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat.
"Persoalannya, aset-aset tersebut tidak berada di titik yang ideal. Perlu infrastruktur transmisi yang mengevakuasi energi listriknya ke pusat beban," kata Yusuf dalam diskusi yang dipantau secara daring, Selasa (17/9/2024).
Skema Green Super Grid tersebut, kata Yusuf, telah diuji ke badan energi internasional International Energy Agency (IEA) yang berbasis di Paris, Perancis.
Baca juga: McKinsey Sebut Transisi Energi Global Hadapi Rintangan
Hasilnya, rencana infrastruktur transmisi lintas pula tersebut menjadi model yang terbaik bagi Indonesia sebagai negara kepulauan.
Dalam skema tersebut, akan ada beberapa model transmisi lintas pulau yakni Sumatera-Jawa, Sumatera Kalimantan, dan Sumba-Bali-Jawa.
Transmisi Sumatera-Jawa akan dikembangkan pada 2029, Sumatera Kalimantan rencananya dikembangkan 2035, dan Sumba-Bali-Jawa bakal dikembangkan setelah 2040.
"Kami akan menjemput (listrik) dari sumber energi tersebut yang ada di pusat pembangkitan lalu menyalurkannya," ucap Yunus.
Baca juga: Cetak Sejarah, 50 Persen Listrik Eropa Dipasok Energi Terbarukan
Dia menambahkan, dunia internasional pun turut mengakui bahwa transisi energi memerlukan transmisi yang andal pula.
Yusuf menuturkan, energi terbarukan seperti hidro dan panas bumi penting untuk menjadi baseloader atau penyuplai beban beban dasar bagi kebutuhan energi listrik karena produksinya yang stabil.
Dia menambahkan, sumber energi lain seperti nuklir juga menjadi pertimbangan untuk dikembangkan.
Jika energi yang cocok untuk menjadi baseloader tersebut telah dikembangkan dan ditransmisikan lintas pulau, Yunus beranggapan Indonesia memiliki kemewahan untuk memanen energi terbarukan yang intermitten seperti matahari dan angin.
"Tanpa adanya baseloader andal, itu semua hanya jadi mimpi. Kita perlu upaya sistematis dan konseptual untuk ini," jelas Yusuf.
Baca juga: Indonesia Didesak Tingkatkan Komitmen untuk Manfaatkan Energi Terbarukan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya