Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Sebut Injeksi Karbon Dioksida Mampu Pangkas Emisi 14,6 Juta Ton

Kompas.com - 24/09/2024, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - PT Pertamina EP mengatakan, injeksi karbon dioksida skala penuh di zona tujuh bisa memangkas emisi sebesar 14,6 juta ton per tahun.

Zona tujuh yang dimaksud adalah mencakup field Jatibarang, Subang, dan Tambun

Assistant Manager Communication Relation SH Upstream Regional Jawa Danya Dewanti mengatakan, pihaknya memproyeksikan bisa melakukan injeksi karbon dioksida skala penuh ke sumur secara penuh pada 2031.

Baca juga: Sejumlah Pakar Usul Sebar Besi ke Laut untuk Serap Karbon Dioksida

"Jadi harapannya ketika skala penuh dilakukan tahun 2031, maka akan ada potensi pengurangan karbon dioksida sebesar 14,6 juta ton CO2 per tahun," kata Danya di Bandung, Jawa Barat, sebagaimana dilansir Antara, Senin (23/9/2024).

Danya mengatakan, implementasi injeksi karbon dioksida skala penuh bertujuan untuk memanfaatkan karbon yang dihasilkan dari proses produksi untuk peningkatan pemulihan minyak atau enhanced oil recovery (EOR).

Metode tersebut sekaligus mewujudkan dekarbonisasi, mengingat karbon dioksida yang dihasilkan kembali diinjeksi ke sumur.

"Jadi di sini ada karbon dioksida yang dihasilkan itu digunakan, diinjeksikan menjadi bagian dari teknologi yang disebut peningkatan pemulihan minyak," ujar Danya.

Baca juga: Menteri LHK Sebut Jasa Karbon Bukan Greenwashing

Dia menyampaikan, dalam peta jalan yang telah disusun, Pertamina EP telah melakukan injeksi awal pada tahun 2022 untuk mengevaluasi respons dari sumur.

Pada 2026, perusahaan tersebut mulai mengimplementasikan pola injeksi.

Setelah itu, pada 2029 Pertamina EP bakal melakukan pembangunan sebelum akhirnya menerapkan injeksi skala penuh pada 2031.

Baca juga: CarbonEthics Raup Rp 31,8 Miliar Kembangkan Karbon Biru

Kerja sama

Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina telah menjalin kerja sama dengan 15 perusahaan energi internasional untuk melakukan joint study dalam pengembangan teknologi penangkap dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS/CCUS) di Indonesia.

SVP Business Development Pertamina Wisnu Medan Santoso mengakui, CCS merupakan teknologi dengan tahapan yang sangat awal.

"Kami saat ini ada kerja sama mungkin dengan sekitar 15 perusahaan energi internasional untuk melakukan joint study untuk pengembangan CCS/CCUS di Indonesia," ujar Wisnu di Jakarta, Selasa (10/9/2024), sebagaimana dilansir Antara.

Menurut dia, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku anak perusahaan dan ExxonMobil akan melakukan pengeboran appraisal atau appraisal drilling tahun depan di wilayah cekungan Sunda Asri berkaitan dengan pengembangan CCS/CCUS.

Baca juga: AI Bisa Tekan Emisi Karbon dan Tingkatkan Keuntungan Perusahaan, Bagaimana Caranya?

"Di luar itu masih skala pilot per lapangan seperti di Sukowati. Di Sunda Asri kalau hasil appraisal drilling-nya sesuai dengan rencana, itu paling cepat Final Investment Decision-nya (FID) pada 2026 dan mungkin baru investasi pada 2027," kata Wisnu.

Menurut Wisnu, pengembangan CCS/CCUS oleh Pertamina di wilayah Indonesia membutuhkan dukungan dari pemerintah.

"Itu yang sedang kami dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves)," ujarnya.

Baca juga: Microsoft Beli 234.000 Kredit Karbon untuk Restorasi Hutan dari Perusahaan Meksiko

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau