Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota di Asia Kekurangan Ruang Terbuka Hijau

Kompas.com - 26/09/2024, 11:13 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi baru mengungkap kota-kota di belahan bumi selatan lebih rentan terhadap panas ekstrem karena kekurangan ruang hijau yang menyejukkan.

Kota-kota di belahan bumi selatan (Global South) ini meliputi Afrika, Amerika Latin, dan sebagian besar Asia.

Penelitian tersebut menemukan bahwa kota-kota di belahan bumi selatan hanya memiliki 70 persen ruang hijau perkotaan dibandingkan dengan kota di belahan bumi utara.

Mengutip laman resmi University of Exeter, Rabu (25/9/2024) meningkatnya suhu dan dikombinasikan dengan efek "urban heat island”, membuat penyakit dan kematian akibat panas di kota-kota menjadi lebih umum.

Baca juga: Seberapa Penting Ruang Terbuka Hijau?

Nah, ruang hijau perkotaan dapat membantu mengurangi risiko tersebut, mendinginkan lingkungan luar ruangan dan menyediakan tempat berlindung yang penting.

Saat ini orang-orang yang meninggal karena perubahan iklim, menurut peneliti sering kali berada di daerah kumuh kota-kota di belahan bumi selatan.

 

"Ruang hijau perkotaan adalah cara yang sangat efektif untuk mengatasi apa yang dapat menjadi efek fatal dari panas dan kelembaban yang ekstrem," kata Profesor Tim Lenton, dari Global Systems Institute di University of Exeter.

"Analisis kami menunjukkan bahwa ruang hijau dapat mendinginkan suhu permukaan di kota rata-rata sekitar 3°C selama musim panas, perbedaan yang sangat penting selama cuaca panas ekstrem,” ungkap Lenton.

Efek pendinginan ruang hijau perkotaan terutama hutan perkotaan ini terjadi karena naungan dan penguapan air.

Baca juga: Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Manfaat Pendinginan

Studi sebelumnya menemukan bahwa kebijakan iklim saat ini akan membuat lebih dari seperlima umat manusia terpapar suhu panas yang berbahaya pada tahun 2100, dengan populasi berisiko terbesar di India dan Nigeria.

Sementara studi baru ini menilai kepadatan populasi dan lokasi untuk memperkirakan “manfaat pendinginan” yang diterima oleh rata-rata masyarakat karena area hijau sering ditemukan di bagian kota yang lebih kaya.

Baca juga: 466 Juta Anak Terancam Panas Ekstrem karena Perubahan Iklim

Studi pun menggunakan data satelit dari 500 kota terbesar di dunia untuk menilai sejauh mana ruang hijau perkotaan mendinginkan suhu permukaan kota.

“Kabar baiknya adalah solusi berbasis alam untuk pendinginan ini dapat ditingkatkan secara substansial di seluruh belahan Bumi Selatan, membantu mengatasi tekanan panas di masa mendatang bagi miliaran orang,” ungkap Profesor Jens-Christian Svenning, dari Center for Ecological Dynamics in a Novel Biosphere (ECONOVO) di Universitas Aarhus.

Profesor Rob Dunn, dari Universitas Negeri Carolina Utara menambahkan tidak akan mudah untuk menghijaukan kembali kota karena terkait dengan biaya.

Namun upaya tersebut akan menjadi kunci untuk membuat kota layak huni dalam waktu dekat. Selain itu juga bagaimana bekerja untuk mencegah hilangnya ruang hijau di kota-kota yang memilikinya, atau setidaknya yang memiliki sedikit.

“Perubahan dapat mencakup ruang hijau di permukaan tanah dan taman vertikal dan atap, atau bahkan hutan, untuk membantu melindungi penduduk kota dari panas ekstrem,” katanya.

Studi terbaru itu kemudian dipublikasikan di jurnal Nature Communications.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek 'Biochar' di India

Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek "Biochar" di India

Swasta
Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

LSM/Figur
Mencairnya Es Antarktika Bisa 'Bangunkan' 100 Gunung Berapi Bawah Laut

Mencairnya Es Antarktika Bisa "Bangunkan" 100 Gunung Berapi Bawah Laut

LSM/Figur
Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Swasta
Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Pemerintah
Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

LSM/Figur
Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Pemerintah
Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah 'Aset Hijau' Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah "Aset Hijau" Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Pemerintah
Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Pemerintah
2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau