KOMPAS.com - Pertanian, tempat pembuangan sampah, air limbah, serta produksi dan distribusi bahan bakar fosil merupakan penyumbang terbesar yang menghasilkan sekitar 60 persen emisi metana global.
Seperti halnya karbon dioksida (CO2), metana adalah gas rumah kaca yang diperkirakan bertanggung jawab atas lebih dari 40 persen pemanasan global baru-baru ini.
Kendati demikian, metana memiliki rentang hidup atmosfer atau waktu yang dibutuhkan untuk terurai hanya sekitar 12 tahun, jauh lebih pendek daripada CO2.
Ini berarti mengurangi emisi metana dapat memberikan respons yang lebih cepat daripada CO2 dalam memperlambat kenaikan suhu global.
Baca juga: Studi Tunjukkan Emisi Metana ke Atmosfer Meningkat Lebih Cepat dari Sebelumnya
Mengutip Phys, Rabu (25/9/2024) pelepasan metana ke atmosfer diketahui berdampak pada lapisan ozon yang membantu melindungi kita dari sinar ultraviolet yang berbahaya dari matahari.
Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk melindungi lapisan ozon setelah mengalami penurunan selama beberapa dekade.
Namun, tidak hanya di atmosfer, metana juga berkontribusi terhadap ozon permukaan tanah (troposfer). Itu dapat sangat berbahaya karena bereaksi agresif dengan jaringan paru-paru, menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia serta merusak tanaman dan tumbuhan alami.
Perkiraan terkini menunjukkan bahwa sekitar 1 juta orang meninggal prematur setiap tahun karena paparan ozon troposfer yang berbahaya.
Secara global, kematian akibat emisi metana akan meningkat setidaknya 7 persen pada tahun 2050 bahkan di bawah skenario pengurangan yang paling ketat.
Baca juga: Google Kembangkan Satelit untuk Lacak Emisi Metana yang Sumbang Perubahan Iklim
Studi Joint Research Centre (JRC) juga memperkirakan jika kita terus melepaskan emisi metana yang tinggi, pada tahun 2050 kita dapat melihat kerugian panen tanaman yang menelan biaya antara USD $404–566 juta.
Sementara itu, mengambil tindakan kuat yang mengarah pada "skenario mitigasi tinggi" dapat secara signifikan mengurangi kerugian ini dengan penghematan senilai USD $39–48 juta di Eropa saja.
Penelitian ini pun membantu menunjukkan bahwa dengan mengurangi emisi metana hari ini, kita dapat melawan perubahan iklim, memperkuat ekonomi serta meningkatkan kesehatan manusia, mengurangi tekanan pada sistem perawatan kesehatan yang kewalahan dan membantu warga menjalani kehidupan yang lebih baik.
Baca juga: Mengapa Kita Harus Khawatir Peningkatan Gas Metana?
Sementara itu, beberapa aksi internasional pun sudah diupayakan untuk membatasi emisi metana ini.
Misalnya Global Methane Pledge yang diluncurkan di i COP26 oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Itu merupakan komitmen sukarela kolektif untuk mengurangi emisi metana antropogenik global setidaknya 30 persen di bawah level tahun 2020 pada tahun 2030. Sebanyak 158 negara serta Uni Eropa (UE) kini berpartisipasi dalam ikrar tersebut.
Pada tahun 2020, UE pun mengadopsi Strategi Metana, sebuah rencana komprehensif untuk mengurangi emisi metana.
Strategi ini berfokus pada tindakan UE dan internasional, khususnya di sektor energi, pertanian, limbah, dan air limbah. Peraturan UE yang baru disetujui tahun berikutnya untuk mengurangi emisi metana dari sektor energi, baik di Eropa maupun rantai pasokan globalnya.
sumber https://phys.org/news/2024-09-methane-emissions-key-climate-ozone.html
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya