Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhirnya, Bangkai Paus Sperma 4 Ton di Teluk Balikpapan Dibakar

Kompas.com - 02/10/2024, 11:40 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Bangkai ikan paus sperma (physeter macrocephalus) di perairan Muara Teritip, 35 kilometer utara pusat Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, akhirnya dibakar, Selasa (1/10/2024).

Sebelumnya, paus sperma ini terdampar di Teluk Balikpapan sejak Senin (23/9/2024).

Berbagai upaya dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Wilayah Konservasi III Balikpapan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan para relawan untuk mengembalikannya ke laut lepas.

Namun, upaya tersebut gagal. Paus dengan bobot sekitar 4 ton tersebut diketahui mati pada Kamis (26/9/2024).

Baca juga: Greenpeace: Matinya Paus Sperma di Teluk Balikpapan Akibat Pembangunan IKN

Menurut catatan Pengawas Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), paus sperma yang mati ini adalah paus keempat yang terdampar di Teluk Balikpapan.

Pada tahun 2009 ada paus pembunuh palsu (pseudoorca crassidens) yang terdampar di Pantai Lamaru. Paus yang selintas pasti dikira orca ini juga akhirnya mati.

Sepuluh tahun kemudian, ada kejadian terdampar lagi. Satu paus pembunuh kerdil (feresa attenuata) terdampar pada Juni 2019 di Pantai Manggar.

Para relawan dan petugas berhasil menyelamatkannya dan paus kembali berenang ke laut lepas.

Namun pada Desember 2019, satu paus gigi sikat (baleen whale) terdampar dan akhirnya mati di Pantai Seraya, pantai di pemukiman warga di dekat Lanud Dhomber TNI AU.

Pengawas Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Heri Seputro mengungkapkan, pembakaran bangkai paus ditempuh sebagai solusi akhir penanganan biota laut terdampar.

Menurut Heri, ada tiga opsi dalam penanganan biota laut yang terdampar atau stranding marine mammal (SMM).

Baca juga: Paus Paling Langka Sedunia Ditemukan Mati Terdampar di Selandia Baru

Pertama adalah dikubur di darat, kedua ditenggelamkan di laut, dan terakhir dibakar di tempat biota ini terdampar.

Heri memerinci, sebelumnya berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari pencarian paus (search) pada Senin (23/9/2024) hingga Selasa (24/9/2024), kemudian upaya penyelamatan paus (rescue) Kamis (26/9/2024), dan paus mati Kamis (26/9/2024).

Berlanjut pada upaya penarikan paus dari Daerah Perlindungan Mangrove dan Laut (DPML) ke Pantai Tanjung Bayur, Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, pada Jumat (27/9/2024).

"Berikutnya, upaya penarikan paus dari laut ke darat Sabtu (28/9/2024)-Senin (30/9/2024), dan Selasa (1/10/2024), opsi dibakar saat air laut surut," ungkap Heri kepada Kompas.com, Rabu (2/10/2024).

Upaya pembakaran dilakukan guna menghindari aroma tak sedap yang dihasilkan oleh pembusukan bagian tubuh paus.

"Bagian perut yang sudah mengalami pembusukan akan dibakar hingga menjadi abu, dan akan ditimbun dengan pasir agar saat air pasang, bangkai tersebut bisa terbawa ke laut secara alami," jelas Heri.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

LSM/Figur
Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

LSM/Figur
Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

LSM/Figur
Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Pemerintah
Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau