KOMPAS.com - Target ambisius Perjanjian Paris untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius nampaknya belum berbuah manis.
Buktinya, dampak pemanasan global salah satunya kebakaran hutan makin sering terjadi yang akhirnya merugikan planet ini juga.
Dalam studi baru yang dipublikasikan di Nature Geoscience, peneliti menemukan kebakaran hutan yang sering terjadi itu bisa menyebabkan kemampuan tanah untuk menyerap karbon makin sedikit.
Baca juga: Riset Deloitte: Semakin Banyak “Tenant” Properti Inginkan Bangunan Rendah Karbon
Kesimpulan ini didapatkan setelah peneliti melakukan simulasi iklim yang digunakan untuk menentukan target Perjanjian Paris.
Seperti dikutip dari Phys, Senin (7/10/2024) peneliti menemukan tingkat pemanasan global saat kebakaran mulai memengaruhi kemampuan tanah untuk menyerap karbon adalah 1,07 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
Peneliti memperkirakan dengan adanya kebakaran, kemampuan tanah menyerap karbon akan berkurang hingga 5 persen atau 25 gigaton CO2.
Sementara jika ingin membatasi pemanasan 1,5 derajat Celsius atau di bawah 2 derajat Celsius, perlu penyerapan karbon sebesar 64 gigaton CO2.
Membatasi pemanasan hingga 1,5°C tetap penting dilakukan untuk menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Namun dalam banyak kasus, kita sudah melihat perubahan signifikan pada ekosistem Bumi saat ini.
Pemanasan global telah menyebabkan kebakaran menjadi lebih sering terjadi.
Beberapa wilayah seperti AS bagian barat dan Spanyol bagian timur mengalami peristiwa kebakaran yang luasnya dua atau tiga kali lipat dalam beberapa dekade terakhir.
Kebakaran hutan yang lebih besar biasanya mengakibatkan hilangnya vegetasi yang lebih besar.
Namun selain itu menurut analisis data satelit selama lebih dari satu dekade, peningkatan frekuensi dan keparahan kebakaran hutan dapat meningkatkan pemanasan permukaan tanah.
Ini berarti bahwa permukaan tanah memanas dengan melepaskan lebih sedikit air dan menyerap lebih banyak radiasi yang masuk daripada tahun-tahun sebelumnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya