Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Gagasan Cagub soal Kemacetan Jakarta, Penerapan dan Tolok Ukurnya

Kompas.com - 09/10/2024, 12:02 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Tingginya populasi transportasi pribadi membuat Jakarta macet dan tidak sustainable.

Tomtom Traffic mencatat bahwa warga Jakarta menghabiskan waktu 117 jam lebih lama karena macet sepanjang pada tahun 2023.

Sementara itu, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) pada 2023 mencatat, total emisi karbon sektor transportasi Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e.

Baca juga: Ungkap Kronologi Kasus Nastar Berjamur, Pemilik Clairmont: Kami Dapat Penawaran

Jakarta perlu membenahi transportasi umum, begitu kerap diungkapkan di berbagai forum. Debat pertama calon gubernur pada Minggu (6/10/2024) tak terkecuali.

Tiap calon bicara soal cara mengupayakan transportasi umum yang lebih baik.

Semua gagasan sebenarnya bukan hal baru. Masalahnya, di tengah Jakarta yang kebacut kompleks, seberapa realistis gagasan itu diwujudkan dan bisa jadi tolok ukur kesuksean dalam waktu 5 tahun masa jabatan?

Baca juga: Manfaat Daun Sirih Merah untuk Kesehatan yang Sudah Terbukti Secara Ilmiah

Tambah Armada Angkutan Umum atau Tidak?

Cagub Dharma Pongrekun dengan mantap mengatakan, perbaikan transportasi umum adalah "Dengan mengoptimalkan apa yang sudah ada. Terutama manajemen. Tidak perlu menambah armada dulu."

Dharma menjelaskan, dengan perbaikan manajemen, seperti memastikan armada berangkat setiap 10 menit, transportasi umum akan memikat warga Jakarta untuk beralih moda dan mengurai kemacetan. Apalagi kalau warganya mau antri, transportasi umum bakal nyaman.

Baca juga: Pengamat Anggap Tak Ada Paslon yang Sentuh Akar Masalah Kemacetan di Jakarta

Mizandaru Wicaksono, Senior Transport Associate dari Institute Transportation and Development Policy (ITDP) menuturkan, jangkauan transportasi umum di Jakarta saat ini memang telah 89,5 persen. Warga Jakarta cukup berjalan 500 meter untuk menemukan angkutan umum.

Sekilas, memang warga Jakarta tak perlu bergantung pada transportasi pribadi lagi.

Namun, jumlah warga Jakarta yang menggunakan transportasi publik, mengecualikan pengguna ojek online, saat ini baru 11 persen.

Baca juga: Lulus Kuliah Jadi CPNS, Ini 10 Sekolah Kedinasan Sepi Peminat

Dengan jumlah pengguna yang kecil saja, warga harus berdesakan dalam perjalanan. Kereta komuter Jabodetabek masih didesain untuk memuat tujuh orang per meter perseginya.

Riset ITDP menunjukkan, 30 persen responden mengatakan bahwa alasan mereka tak menggunakan transportasi umum adalah karena tidak nyaman berdesakan.

Kalau pemerintah Jakarta puas dengan angka 11 persen, maka armada mungkin memang tak perlu ditambah. Manajemen traffic bisa dilakukan, misalnya menjaga jalur Transjakarta tetap steril.

Halaman:
Komentar
kan anis sdh bisa atasi macet jakarta di thn 2020-2021 ? sampai dapet penghargaan transportasi

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang


Terkini Lainnya

Produsen Elektronik Ini Targetkan Pakai 35 Persen Bahan Daur Ulang pada 2030

Produsen Elektronik Ini Targetkan Pakai 35 Persen Bahan Daur Ulang pada 2030

Swasta
Proyek Energi Hijau Milik AS Terancam, Pendanaan Miliaran Dollar Bakal Dipangkas

Proyek Energi Hijau Milik AS Terancam, Pendanaan Miliaran Dollar Bakal Dipangkas

Pemerintah
BRIN Gandeng Korsel untuk Bangun Rumah Kaca Pintar di Indonesia

BRIN Gandeng Korsel untuk Bangun Rumah Kaca Pintar di Indonesia

Pemerintah
Startup Bikin Mentega Ramah Lingkungan dari Karbon, Seperti Apa?

Startup Bikin Mentega Ramah Lingkungan dari Karbon, Seperti Apa?

Swasta
RI Buka Peluang Lanjutkan Kerja Sama Bangun Fasilitas CCS dengan AS

RI Buka Peluang Lanjutkan Kerja Sama Bangun Fasilitas CCS dengan AS

Pemerintah
Lembaga Keuangan AS Prediksi Kenaikan Suhu Global Capai 3 Derajat Tahun Ini

Lembaga Keuangan AS Prediksi Kenaikan Suhu Global Capai 3 Derajat Tahun Ini

Swasta
Startup Filipina Bikin AGRICONNECT PH, App Berbasis AI untuk Cegah Gagal Panel

Startup Filipina Bikin AGRICONNECT PH, App Berbasis AI untuk Cegah Gagal Panel

Swasta
Sektor Perikanan RI Bakal Kena Imbas Kenaikan Tarif Impor AS

Sektor Perikanan RI Bakal Kena Imbas Kenaikan Tarif Impor AS

Pemerintah
2030, Perusahaan Global Targetkan Elektrifikasi 100 Persen Armada Operasional

2030, Perusahaan Global Targetkan Elektrifikasi 100 Persen Armada Operasional

Pemerintah
Asosiasi Mantan Pemimpin Dunia Desak Kepemimpinan Eropa dalam Aksi Iklim

Asosiasi Mantan Pemimpin Dunia Desak Kepemimpinan Eropa dalam Aksi Iklim

Pemerintah
IATA Bentuk Organisasi Pengawas Avtur Berkelanjutan

IATA Bentuk Organisasi Pengawas Avtur Berkelanjutan

Swasta
AS Naikkan Tarif Impor, Bagaimana Dampaknya ke Industri Hijau?

AS Naikkan Tarif Impor, Bagaimana Dampaknya ke Industri Hijau?

Pemerintah
12 Kebutuhan Kritis Pasca Gempa Myanmar, dari Obat hingga Akses Air Bersih

12 Kebutuhan Kritis Pasca Gempa Myanmar, dari Obat hingga Akses Air Bersih

Pemerintah
Pemanasan Global Bikin Kadar Oksigen di Danau-danau Dunia Menurun

Pemanasan Global Bikin Kadar Oksigen di Danau-danau Dunia Menurun

LSM/Figur
Peternakan Sumbang Emisi Terbesar Sektor Pangan

Peternakan Sumbang Emisi Terbesar Sektor Pangan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Panas! China Balas Tarif Dagang AS, Trump Sebut Salah Langkah
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau