KOMPAS.com - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan divestasi dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dengan total kapasitas 200 megawatt (MW).
Perusahaan tersebut menjual seluruh saham kedua PLTU tersebut ke PT Minahasa
Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) dengan nilai kurang lebih 144,8 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,2 triliun.
Transaksi tersebut diumumkan TOBA untuk mencapai target netralitas karbon pada 2030 melalui inisiatif TBS 2030.
Baca juga: Daftar Negara di Dunia yang Tidak Mengoperasikan PLTU Batu Bara
TOBA akan menerima hasil penjualan dalam bentuk kas yang lebih tinggi dibandingkan total modal yang ditanamkan untuk pembangunan kedua PLTU tersebut, yakni sekitar 87,4 juta dollar AS.
Direktur PT TBS Energi Utama Tbk Juli Oktarina mengatakan, penjualan dua PLTU tersebut merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mempercepat transisi menuju bisnis berkelanjutan.
"Hasil dari transaksi ini akan dialokasikan untuk investasi di sektor berkelanjutan, memperkuat struktur permodalan perusahaan, dan program pembelian kembali saham yang direncanakan yang bertujuan untuk memberikan nilai yang lebih besar kepada para pemegang saham kami," kata Juli dalam keterangan tertulis.
Juli menuturkan, penjualan saham kedua PLTU tersrbut juga membantu menciptakan nilai tambah dengan mengurangi utang konsolidasi lebih dari 70 persen.
Baca juga: Penutupan PLTU Terakhir Inggris Tonggak Penting Ambisi Iklim
Hal tersebut, kata Juli, dapat meningkatkan fleksibilitas perusahaan untuk melakukan investasi yang lebih besar di sektor berkelanjutan seperti energi terbarukan, ekosistem kendaraan listrik, dan pengelolaan limbah.
"Langkah ini juga akan meningkatkan akses perusahaan ke sumber pembiayaan yang lebih beragam, memperoleh biaya pendanaan yang kompetitif, dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan nilai pemegang saham," tutur Juli.
Penjualan kedua PLTU tersebut diproyeksikan akan mengurangi emisi karbon hingga lebih dari 80 persen atau sekitar 1,3 juta ton setara karbon dioksida per tahun.
Baca juga: Era Batu Bara di Inggris Berakhir, PLTU Pamungkas Ditutup
Penghitungan tersebut didadarkan pada metodologi GHG Protocol dan divalidasi melalui tahap prajaminan oleh auditor eksternal.
Juli menyebutkan, penjualan PLTU tersebut bakal membuat perusahaan sebagai pelopor dan salah satu dari sedikit perusahaan terkemuka di Indonesia yang menunjukkan komitmen untuk mencapai netralitas karbon.
"Seiring dengan divestasi kepemilikan tidak langsung perusahaan di PT Paiton Energy pada 2021, transaksi ini akan menghasilkan laba lebih dari 100 juta dollar AS," papar Juli.
Baca juga: Pemensiunan PLTU Batu Bara Butuh Campur Tangan APBN
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya