JAKARTA, KOMPAS.com - Program Kemitraan Pengetahuan kolaborasi Indonesia dan Australia (Koneksi) menyediakan pendanaan untuk berbagai riset, terutama di bidang perubahan iklim dan transformasi digital.
Head of Strategic Communications and Public Discourse Koneksi, Adek Roza mengatakan, dari seleksi tahun 2023, lebih dari 56 riset telah mendapatkan bantuan pendanaan.
"Tahun 2023 itu kita sudah memilih 56 riset. Jadi 38 riset di bidang environment and climate change, dan 38 riset itu sebagian sudah ada yang selesai," ujar Adek saat ditemui di sela acara SDGs Annual Conference (SAC) 2024 di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Baca juga: BRIN Kembangkan Varietas Jagung Tahan Hama dan Perubahan Iklim
Dalam pelaksanaannya, ia mengatakan riset berkelanjutan ini melibatkan sekitar 118 institusi dari Indonesia dan Australia. Berbagai riset yang dibiayai harus memenuhi tiga kriteria utama.
Pertama, memiliki kemitraan antara lembaga Indonesia dan Australia. Kedua, riset tersebut harus memenuhi inklusivitas yang memperhatikan aspek kesetaraan gender dan inklusi sosial.
Terakhir, dampak yang diharapkan dari riset bisa memberikan solusi konkret bagi masalah yang dihadapi.
"Riset ini dipastikan harus ada impact-nya atau paling tidak diperkirakan bakal ada impact, sehingga memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi Indonesia dan juga Australia," terangnya.
Baca juga: Pangkas Emisi Metana Jadi Kunci Kurangi Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Ozon
Adek menjelaskan riset perubahan iklim dan digitalisasi yang dilakukan melalui program Koneksi mencakup berbagai sektor.
Misalnya, di bidang perubahan iklim, penelitian mencakup bagaimana masyarakat adat yang termarginalisasi menghadapi tantangan lingkungan, serta upaya mitigasi banjir di kota-kota seperti Semarang.
"Kemudian dalam transformasi digital, kita bicara (riset) soal kesehatan, pangan, dan lain sebagainya," tutur dia.
Hingga akhir 2024, Adek memperkirakan sekitar 16 riset tambahan dapat dipublikasikan.
Baca juga: Kebakaran Hutan Batasi Kemampuan Tanah Serap Karbon
Salah satu proyek riset yang didukung Koneksi, adalah penelitian dari Universitas Diponegoro terkait panel surya dan salinitas air.
Penelitian ini dinilai dapat menjadi solusi bagi daerah-daerah yang menghadapi tantangan kekurangan air bersih akibat perubahan iklim.
"Itu memang salah satu solusi yang diharapkan bisa diaplikasikan untuk menghadapi tantangan kekurangan air bersih," ujar Adek.
Prototipe yang dikembangkan dari penelitian tersebut, kata Adek, diharapkan dapat diaplikasikan di berbagai wilayah lain di Indonesia yang mengalami masalah serupa.
Baca juga: Riset: Mengurangi Kecepatan Pesawat Bisa Turunkan Emisi Karbon
"Ini kita dukung, dengan harapan nanti akan menjadi prototipe yang mungkin bisa diaplikasikan di tempat-tempat lain," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya