KOMPAS.com - Deforestasi atau penggundulan hutan di seluruh dunia masih terus tinggi pada 2023.
Temuan tersebut mengemuka dalam laporan terbaru dari Forest Declaration yang dirilis pada Selasa (8/10/2024).
Menurut laporan tersebut, hampir 6,4 juta hektare lahan hutan di seluruh dunia telah dibabat.
Baca juga: Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi
Bahkan, 62,6 juta hektare hutan terdegradasi karena pembangunan jalan, penebangan hutan, dan kebakaran hutan.
Laporan tersebut juga mengungkapkan lonjakan deforestasi di Indonesia dan Bolivia.
Faktor utama meningkatkan deforestasi di negara tersebut menutur para peneliti adalah perubahan politik dan perluasan perkebunan atau tambang. Hal tersebut juga memiliki kaitan dengan permintaan berbagai komoditas dari negara-negara maju.
Di sisi lain, tingginya deforestasi tersebut bertentangan dengan janji 140 negara pada tiga tahun lalu untuk menghentikan deforestasi pada 2030.
Baca juga: Proyek Bioenergi Ancaman Baru Deforestasi Gorontalo
Pada 2023, dunia seharusnya tidak menggunduli hutan lebih dari 4,38 juta hektare agar berada di jalur yang tepat dalam menghilangkan deforestasi pada 2030.
Namun, target tersebut terlampaui hingga 45 persen karena angka deforestasi mencapai 6,37 juta hektare pada 2023.
Deforestasi pada 2023 bahkan lebih tinggi dari baseline pada 2018 sampai 2020.
Di samping itu, deforestasi terus menjadi penyumbang utama gas rumah kaca. Sekitar 3,8 miliar metrik ton setara karbon dioksida lepas akibat deforestasi sepanjang 2023.
Jika deforestasi adalah sebuah negara, pelepasan emisinya menempati peringkat keempat setelah China, Amerika Serikat (AS), dan India.
Baca juga: Deforestasi Amazon di Brasil Catatkan Rekor Terendah Sejak 2016
Dengan waktu kurang dari enam tahun hingga 2030, tindakan segera untuk melindungi hutan sangatlah penting.
Ivan Palmegiani dari Climate Focus sekaligus peneliti dalam laporan tersebut mengungkapkan, penggundulan hutan justru semakin parah, bukan membaik, bahkan sejak awal dekade ini.
"Kita hanya tinggal enam tahun lagi dari tenggat global yang kritis untuk mengakhiri penggundulan hutan. Tapi hutan terus ditebang, dirusak, dan dibakar pada tingkat yang mengkhawatirkan," kata Palmegiani dikutip dari The Guardian.
Dia meyampaikan, semua negara harus memprioritaskan perlindungan hutan.
Selain itu, negara-negara maju juga harus mempertimbangkan kembali tingkat konsumsi mereka yang berlebihan serta mendukung negara-negara yang masih berhutan.
Baca juga: Indonesia Pamer Penurunan Deforestasi Saat Temu Pejabat Senior ASEAN
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya