Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Kompas.com - 12/10/2024, 14:14 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan menyebut Bumi makin banyak menunjukkan tanda-tanda vital krisis iklim. Tanda-tanda itu bahkan mencapai rekor ekstrem.

Dari 35 penanda kesehatan planet yang teridentifikasi, sekarang 25 di antaranya berada pada level terburuk yang pernah tercatat. Temuan ini membuat pakar iklim mengkhawatirkan kemungkinan hancurnya masyarakat.

“Kita berada di ambang bencana iklim yang tidak dapat diubah,” tulis William Ripple dari Oregon State University dan rekan-rekannya sebagaimana dikutip dari Euro News, Sabtu (12/11/2024).

Baca juga: Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

“Ini adalah keadaan darurat global yang tidak diragukan lagi. Sebagian besar tatanan kehidupan di Bumi terancam,” lanjut dia.

Para ilmuwan tersebut memperingatkan ratusan juta atau bahkan miliaran orang akan mengungsi jika tanda-tanda tersebut terus berlanjut yang akhirnya mengarah pada ketidakstabilan geopolitik dan konflik yang lebih besar.

Sejak tahun lalu, gelombang panas telah menewaskan lebih dari seribu orang di Asia, dan perubahan iklim ini bakal menyebabkan jutaan kematian lagi di seluruh dunia pada 2050.

"Masa depan umat manusia tergantung pada keseimbangan," para ahli menekankan, dalam laporan iklim yang diterbitkan jurnal BioScience.

Perubahan iklim dapat berkontribusi pada keruntuhan dengan meningkatkan kemungkinan risiko bencana seperti konflik internasional atau dengan menyebabkan berbagai tekanan, yang mengakibatkan kegagalan di seluruh sistem.

Krisis iklim bukanlah ancaman yang jauh, melainkan krisis yang terjadi saat ini,” kata Michael Mann dari University of Pennsylvania, melansir New Scientist.

Baca juga: IISF 2024, Menko Luhut Harap Anak Muda Semakin Sadar Krisis Iklim

Indikator Krisis Iklim

Pada tahun 2024 beberapa indikator krisis iklim ini telah mencapai rekor tertinggi.

Beberapa tanda vital yang teridentifikasi itu termasuk suhu permukaan udara dan laut serta luas es laut yang meningkat, gejala penggunaan sumber daya yang berlebihan, konsentrasi CO2, metana, dan nitrogen oksida di atmosfer.

Begitu juga keasaman laut yang menyebabkan menurunnya kapasitas untuk menyerap gas yang memanaskan planet ini.

Selain itu juga indikator terlihat dari gletser dan tutupan hutan yang mencapai rekor terendah.

Ketebalan gletser rata-rata sekarang berada pada level terendah yang pernah ada, seperti halnya massa es Greenland dan Antartika.

Es benua yang mencair ini berkontribusi sekitar setengah dari kenaikan permukaan laut.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
BUMN
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
LSM/Figur
Lewat Label 'Kota Kotor', KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Lewat Label "Kota Kotor", KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
BUMN
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Swasta
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Pemerintah
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Swasta
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pemerintah
KKP Minta Komdigi 'Take Down' Situs Jual Beli Pulau Indonesia
KKP Minta Komdigi "Take Down" Situs Jual Beli Pulau Indonesia
Pemerintah
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
BUMN
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
Pemerintah
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
LSM/Figur
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Pemerintah
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Pemerintah
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau