Deforestasi global juga telah menyebabkan hilangnya tutupan pohon yang mengakibatkan menurunnya kapasitas penyerapan karbon oleh hutan yang menjadi penyerap karbon terbesar kedua di dunia setelah lautan.
Baca juga: PBB: Penerapan Teknologi dan AI Bantu Atasi Krisis Iklim
Meskipun penggundulan hutan di Amazon telah melambat di bawah pemerintahan baru Brasil, "paru-paru bumi" mungkin masih mendekati titik kritis.
Mencairnya permafrost atau tanah beku juga menjadi salah satu indikator. Permafrost yang mencair itu sendiri disebabkan oleh meningkatnya suhu, melepaskan lebih banyak CO2 dan metana, yang menyebabkan pemanasan lebih lanjut.
Rekor ekstrem tersebut menurut peneliti terjadi kurangnya langkah-langkah yang memadai untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius sejak tingkat pra-industri, seperti yang disepakati dalam perjanjian iklim Paris 2015.
“Saat ini kita sedang menuju ke arah yang salah dan meningkatnya konsumsi bahan bakar fosil serta emisi GRK mendorong kita menuju bencana iklim,” tulis para ilmuwan.
Baca juga: Kota Super Megah yang Kalah oleh Krisis Iklim
Ilmuwan pun mendesak pengurangan bahan bakar fosil dan mendorong upaya transformatif untuk beradaptasi untuk memperlambat pemanasan global dalam waktu dekat.
"Menghindari setiap sepersepuluh derajat pemanasan sangatlah penting”, simpul para ahli.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya