KOMPAS.com - Perencanaan ruang laut dan pesisir menjadi faktor penting dalam perancangan kawasan konservasi yang lestari.
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan didukung oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), melakukan pembelajaran perencanaan ruang laut dan pesisir.
“Laut adalah sumber kehidupan. Untuk itu perencanaan ruang laut menjadi faktor penting untuk melindungi kelestarian ekosistem dan mendukung pengelolaan berkelanjutan untuk generasi mendatang," terang Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono.
Baca juga: Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang
Hal itu disampaikannya dalam 6th International Marine Spatial Planning Forum, yang diadakan di Bali, pada 8-11 Oktober 2024.
Pada kesempatan ini, melalui Program Kelautan, YKAN berbagi pembelajaran dalam mendukung perencanaan ruang laut dan pesisir yang merupakan upaya prioritas Pemerintah Indonesia untuk menjembatani pengelolaan laut. Tujuannya, untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta perlindungan keanekaragaman hayati laut.
Baca juga: Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian
Manajer Senior Perlindungan Laut YKAN Yusuf Fajariyanto, sebagai negara peratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati, Indonesia berkomitmen untuk menerapkan rekomendasi perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati di tingkat nasional yang akan berkontribusi pada kesepakatan dan upaya di tingkat global.
"Indonesia bermaksud untuk memenuhi Target 3 Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal," ujarnya.
Untuk itu, Indonesia telah menggagas Visi Kawasan Konservasi Perairan 30x45, yakni pada 2045, 30 persen wilayah pesisir dan laut Indonesia dialokasikan untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati dan sumber daya, guna mendukung pembangunan jangka panjang Indonesia selama 100 tahun ke depan.
Baca juga: Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian
Dalam mencapai visi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan membentuk tim teknis yang didukung oleh YKAN dan para pemangku kepentingan terkait dalam melakukan kegiatan penataan ruang untuk mengidentifikasi area-area yang penting di seluruh perairan Indonesia, yang dapat dialokasikan sebagai pengembangan kawasan konservasi yang baru ataupun perluasan dari kawasan konservasi yang sudah ada.
Rancangan tata ruang yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat sekitar 117 juta hektare perairan pesisir dan laut yang dapat dialokasikan sebagai kawasan perlindungan laut.
Angka yang lebih tinggi dari target sebesar 30 persen (97,5 juta hektare) pada tahun 2045. Hal ini merupakan upaya mengantisipasi potensi konflik dengan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut.
Kawasan yang dirancang merupakan kawasan bernilai konservasi tinggi di Indonesia dengan fitur biaya konservasi yang relatif rendah, atau dengan kata lain potensi konflik telah diantisipasi sejak perancangan dilakukan.
Dalam perancangan kawasan konservasi, pelibatan masyarakat sebagai pemanfaat kawasan amatlah penting. Hal ini biasa disebut dengan pemetaan partisipatif.
"Pemetaan partisipatif dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan sebagai sumber utama mengenai informasi karakteristik, kondisi, kegiatan pemanfaatan sumber daya dan ancaman konservasi di kawasannya," kaya Yusuf.
Baca juga: Keunikan di Pesisir Jakarta, Kampung Akuarium yang Tak Pernah Terendam Banjir
Prosesnya, kata dia, dilakukan melalui diskusi yang difasilitasi oleh fasilitator dan penyusun peta untuk memperoleh informasi dari masyarakat dengan dipandu kuesioner dan peta dasar.
"Informasi yang diperoleh dari masyarakat kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk peta dua dimensi," imbuh dia.
Ia menjelaskan, melalui kegiatan pemetaan partisipatif, dapat dipetakan daerah penangkapan ikan, budi daya perikanan, wisata bahari, penampakan mamalia laut dan biota langka terancam punah dan dilindungi, hingga pantai peneluran penyu.
Selain itu, diketahui juga ancaman terhadap sumber daya, pemanfaatan wilayah laut, serta kearifan lokal dan informasi tematik lainnya yang akan digunakan untuk mengembangkan perencanaan tata ruang dan merancang kawasan konservasi.
Baca juga: Pemetaan Ekosistem Mangrove di Kota-kota Pesisir
"Pengelolaan kawasan konservasi yang efektif memerlukan data yang dapat diandalkan mengenai sebaran dan kondisi habitat. Pemetaan habitat perairan dangkal melalui penginderaan jauh memberikan landasan bagi pengambilan keputusan dengan memberikan informasi rinci dan akurat tentang luasan spasial. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi kawasan yang diprioritaskan untuk perlindungan," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya