Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salurkan Green Financing, BCA Incar Sektor Renewable Energy dan Sawit Berkelanjutan

Kompas.com - 16/10/2024, 19:00 WIB
Bambang P. Jatmiko

Penulis

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berupaya memperbesar pembiayaan ke berbagai sektor bisnis yang sejalan dengan nilai-nilai sustainability.

Hingga saat ini, porsi pembiayaan BCA ke sektor yang sejalan dengan aspek sustainability atau green financing mencapai 25 persen dari keseluruhan portofolio kredit yang disalurkan. Adapun nilainya mencapai sekitar Rp 200 triliun dari outstanding kredit perseroan di kisaran Rp 850 triliun.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menuturkan bahwa green financing yang telah disalurkan perseroan menyasar ke perusahaan yang menjalankan bisnis terkait pemanfaatan energi baru terbarukan.

Baca juga: Bakti BCA di Labuan Bajo Jangkau 550 Pasien Mata dan Beri Edukasi ke Siswa Setempat

"Saat ini portofolio green financing sudah mencapai 25 persen dari keseluruhan kredit, dan masuk ke sektor-sektor yang sangat positif berhubungan dengan sustainability seperti geothermal, angin, air, atau EBT agar sektor tersebut bisa berkembang lebih luas," ujarnya Kamis (16/10/2024).

Hera menuturkan, berkembangnya sektor industri tersebut juga positif terhadap perekonomian, karena menciptakan banyak lapangan kerja baru.

Di samping itu, perekonomian juga bergerak seiring dengan munculnya pemain-pemain yang berada dalam ekosistem EBT.

Sawit Berkelanjutan

Selain ke sektor EBT, BCA juga fokus pada pemberian kredit ke sektor kelapa sawit. Namun untuk sektor ini, perseroan menerapkan persyaratan yang ketat.

"Kami sangat selektif untuk menyalurkan pembiayaan hanya kepada perusahaan sawit yang telah memperoleh sertifikat RSPO dan ISPO. Dua syarat tersebut harus dimiliki oleh perusahaan yang mengajukan pembiayaan kepada kami," lanjut Hera.

Baca juga: Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun Smart Grid dan Jaringan Transmisi

Perseroan memberikan alokasi untuk sektor ini karena industri sawit juga menjadi salah satu penggerak perekonomian nasional. Tak hanya sebagai bahan makan, sawit juga menjadi bahan baku untuk biodiesel," lanjut dia.

Untuk tahun depan, BCA belum bersedia membuka target pertumbuhan green financing. Meski demikian, perusahaan yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Djarum Group ini akan terus melihat potensi pembiayaan yang ada.

Mengutip website Kemenkeu, green financing adalah istilah yang merujuk kepada investasi atau pembiayaan ke proyek-proyek pembangunan berkelanjutan dan inisiatif, produk lingkungan, dan kebijakan yang mendorong pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.

Di Indonesia, green financing didefinisikan sebagai dukungan menyeluruh dari industri jasa keuangan untuk pertumbuhan berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

Baca juga: Studi: Negara-negara di Asia Terapkan Sustainable Finance yang Berbeda-beda

Penyaluran Kredit BCA

Hingga semester I 2024, BCA mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 850 triliun. Kredit korporasi menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi per Juni 2024, atau naik 19,9 persen secara tahunan mencapai Rp 388,6 triliun.

Kemudian kredit komersial tumbuh 7,9 persen secara tahunan menjadi Rp 127,8 triliun. Lalu, kredit UKM naik 12,7 persen secara tahunan hingga menyentuh Rp 114,4 triliun.

Portofolio kredit konsumer meningkat 13,6 persen secara tahunan menjadi Rp 210,2 triliun. Angka tersebut didorong penyaluran KPR yang tumbuh 10,8 persen secara tahunan mencapai Rp 126,9 triliun.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Salurkan Green Financing, BCA Incar Sektor Renewable Energy dan Sawit Berkelanjutan

Salurkan Green Financing, BCA Incar Sektor Renewable Energy dan Sawit Berkelanjutan

Swasta
Risiko Kesehatan dan Iklim Tumpang Tindih di Asia Tenggara

Risiko Kesehatan dan Iklim Tumpang Tindih di Asia Tenggara

Pemerintah
Kementerian LHK Bangun Pusat Plasma Nutfah Nasional, Ini Alasannya

Kementerian LHK Bangun Pusat Plasma Nutfah Nasional, Ini Alasannya

Pemerintah
Studi Sebut 8 dari 10 Orang di Dunia Terdampak Perubahan Iklim

Studi Sebut 8 dari 10 Orang di Dunia Terdampak Perubahan Iklim

Pemerintah
Bakti BCA di Labuan Bajo Jangkau 550 Pasien Mata dan Beri Edukasi ke Siswa Setempat

Bakti BCA di Labuan Bajo Jangkau 550 Pasien Mata dan Beri Edukasi ke Siswa Setempat

Swasta
 Uni Eropa Beri Dana 1 Juta Euro untuk Susun Indeks Pengungsian Akibat Iklim di Indonesia

Uni Eropa Beri Dana 1 Juta Euro untuk Susun Indeks Pengungsian Akibat Iklim di Indonesia

Pemerintah
Mamberamo Foja di Papua Ditetapkan Jadi Taman Nasional

Mamberamo Foja di Papua Ditetapkan Jadi Taman Nasional

Pemerintah
Indeks Risiko Perpindahan akibat Iklim Diluncurkan di Indonesia

Indeks Risiko Perpindahan akibat Iklim Diluncurkan di Indonesia

Pemerintah
Mayoritas Negara Belum Ajukan Rencana Pelestarian Jelang KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Mayoritas Negara Belum Ajukan Rencana Pelestarian Jelang KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Pemerintah
Forward7 dan Sistema.bio Hadirkan Teknologi Biogas Modern bagi Pemilik Peternakan Kecil di Nepal dan Indonesia

Forward7 dan Sistema.bio Hadirkan Teknologi Biogas Modern bagi Pemilik Peternakan Kecil di Nepal dan Indonesia

Swasta
Pemerintah Lakukan Perencanaan Ruang Laut untuk Pengelolaan Lestari

Pemerintah Lakukan Perencanaan Ruang Laut untuk Pengelolaan Lestari

Pemerintah
Pertumbuhan Energi Surya Indonesia Lambat, Pemerintah Perlu Ambisius

Pertumbuhan Energi Surya Indonesia Lambat, Pemerintah Perlu Ambisius

LSM/Figur
Begini Contoh Praktik Baik Masjid Ramah Lingkungan Menurut BRIN

Begini Contoh Praktik Baik Masjid Ramah Lingkungan Menurut BRIN

LSM/Figur
Emisi Gas Rumah Kaca Dunia 420 ppm, Lampaui Batas Kesepakatan

Emisi Gas Rumah Kaca Dunia 420 ppm, Lampaui Batas Kesepakatan

Pemerintah
Industri Nikel Nasional Diminta untuk Sukarela Diaudit Tata Kelolanya

Industri Nikel Nasional Diminta untuk Sukarela Diaudit Tata Kelolanya

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau