Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Makan Telur, Upaya Tekan Stunting di NTT

Kompas.com - 18/10/2024, 09:18 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Tim dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar edukasi gerakan makan telur dan pemanfaatan pekarangan sebagai dapur hidup di Desa Oelomin, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, untuk mencegah stunting.

Tim itu terdiri dari Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Luh Putu Ruliati, Diana Meliani Sabat, Ni Made Paramita Setyani, serta mahasiswa Fransina Ndaong, Epsin Yulfoni Nomeni, dan Helang Fransiska Djaha.

Anggota Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyakarat Undana Kupang Luh Putu Ruliati, mengatakan, kegiatan itu sebagai bagian dari salah satu kewajiban pemenuhan Tri-Darma Perguruan Tinggi.

Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, Universitas Nusa Cendana bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) dengan skema pemberdayaan berbasis masyarakat.

Baca juga: Kurang dari Seperempat Desa Bebas Stunting, Target 100 Persen Akhir Tahun

"Kami juga melaksanakan kegiatan pemberdayaan kelompok pendamping sosial dalam pengembangan desa sadar stunting melalui edukasi gerakan makan telur dan pemanfaatan pekarangan sebagai dapur hidup di Desa Oelomin, Kabupaten Kupang," kata Ruliati, kepada Kompas.com, Jumat (18/10/2024).

Kegiatan ini berlangsung di Kantor Desa Oelomin pada tanggal 11 dan 12 Oktober 2024 dan mendapat sambutan hangat dari warga sekitar.

Dia menjelaskan, stunting sebagai masalah gizi kronis pada anak balita, menjadi perhatian serius di Desa Oelomin sehingga prevalensi stunting yang cukup tinggi, menjadi fokus kegiatan pengabdian masyarakat ini.

Melalui pemberdayaan kelompok pendamping sosial dan edukasi mengenai gerakan makan telur serta pemanfaatan pekarangan sebagai dapur hidup, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang dan mendorong perubahan perilaku menuju pola hidup sehat.

Kegiatan pengabdian ini meliputi edukasi, ceramah, praktik yang diberikan kepada kelompok pendamping sosial sehingga dampaknya terhadap peningkatan status gizi balita di Desa Oelomin dapat dirasakan.

"Stunting merupakan permasalahan yang dihadapi masyarakat di Desa Oelomin di mana angka kasus stunting di Desa Oelomin cukup tinggi. Potensi masyarakat Desa Oelomin banyak memelihara ternak antara lain babi, sapi dan ayam kampung. Hampir setiap rumah tangga di Desa Oelomin memelihara ayam," tutur Ruliati.

Baca juga: Stunting dan TBC Punya Kaitan, Perlu Perhatian

Telur dapat dimanfaatkan sebagai upaya pencegahan stunting bila dikonsumsi setiap hari bagi balita melalui gerakan makan telur setiap hari.

Namun, edukasi terkait mengonsumsi telur dapat mencegah terjadinya stunting pada balita belum dipahami oleh masyarakat Desa Oelomin.

Di samping itu, hampir sebagian besar masyarakat Desa Oelomin memiliki pekarangan di sekitar rumah yang cukup luas.

Sehingga, bila pekarangan ini dimanfaatkan untuk dapur hidup maka dapat juga memberikan manfaat dalam ketahanan pangan rumah tangga.

Pada kehidupan rumah tangga masyarakat Desa Oelomin biasa membuang sampah dengan cara dibakar yang dapat menimbulkan kebakaran dan polusi udara.

Untuk mengatasi masalah ini, tim dari Undana memberikan solusi berupa pemberdayaan kelompok pendamping sosial dalam pengembangan desa sadar stunting melalui edukasi gerakan makan telur, pemanfaatan sampah rumah tangga sebagai kompos dan pemanfaatan pekarangan sebagai dapur hidup.

Menurut Ruliati, kegiatan ini menunjang dari 17 indikator tujuan pembangunan berkelanjutan yang meliputi tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan serta kehidupan sehat dan sejahtera.

Baca juga: Sukses Turunkan Stunting, 130 Pemda Dapat Insentif dari Pusat

Masyarakat sangat antusias dan memperhatikan dengan seksama penyuluhan tentang stunting, edukasi gerakan makan telur dan cara membuat telur pindang, ceramah dan demonstrasi pembuatan kompos dari sampah rumah tangga, serta ceramah dan demonstrasi pemanfaatan pekarangan rumah tangga sebagai dapur hidup.

Pada akhir kegiatan tersebut juga diserahkan alat dan bahan untuk menunjang kegiatan berupa alat teknologi tepat guna dan bahan baku produksi yang meliputi wadah atau gas kompos, garpu atau skop pengaduk, terpal atau plastik penutup, hidrometer atau alat ukur kelembaban, cangkul, linggis, sabit, parang, bahan pengurai, obat-obatan, bibit sayur, dan plastik bedeng.

Ruliati berharap, melalui kegiatan ini kelompok pendamping sosial di Desa Oelomin dapat menerapkan hal ini di rumah tangga maupun di masyarakat untuk selalu memberi edukasi berupa gerakan makan telur bagi anak Balita dan membuat dapur hidup di setiap pekarangan rumah tangga.

Hal itu sebagai pemenuhan gizi keluarga dengan keuntungan menghemat pengeluaran biaya dan memberikan dampak mencegah kejadian stunting dan meningkatkan kesehatan masyarakat di Desa Oelomin.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau