Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/10/2024, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Perwakilan dari 190 lebih negara akan menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) keanekaragaman hayati akbar COP16 di Cali, Kolombia, selama lebih dari sepekan, mulai dari 21 Oktober sampai 1 November tahun ini.

COP16 merupakan KTT keanekaragaman hayati pertama dari jenisnya sejak penerapan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global atau Global Biodiversity Framework (GBF) Kunming-Montreal pada 2022.

Dikutip dari situs web International Institute for Sustainable Development, COP16 bertujuan untuk mendorong rencana penting keanekaragaman hayati guna menghentikan dan membalikkan kemerosotan alam.

Lantas, apa pentingnya KTT Keanekaragaman Hayati COP16 terhadap upaya pelestarian keanekaragaman hayati global?

Baca juga: Solusi Perubahan Iklim Tak Selalu Baik untuk Keanekaragaman Hayati

Pentingnya COP16

Dalam GBF Kunming-Montreal, negara-negara menyepakati kesepakatan penting untuk menyelamatkan alam, sebagaimana dilansir The Guardian.

Dan COP16 akan menjadi kelanjutan dari GBF. Fokus utamanya adalah kemajuan pada 23 target keanekaragaman hayati untuk dekade ini.

Target-target tersebut mencakup melindungi 30 persen alam pada akhir dekade ini, memulihkan 30 persen ekosistem paling rusak di planet ini, dan mereformasi beberapa pendorong ekonomi yang menyebabkan kerusakan tersebut.

Dalam COP 16, perwakilan dari negara-negara juga akan membahas cara mendanai perlindungan ini.

Baca juga: Mayoritas Negara Belum Ajukan Rencana Pelestarian Jelang KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Selama COP16, perwakilan dari negara-negara juga bakal meninjau kemajuan yang telah dicapai dalam mengimplementasikan GBF.

KTT tersebut juga akan meninjau tingkat keselarasan Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Nasional atau Biodiversity Strategies and Action Plan (NBSAP) dengan GBF.

NBSAP merupakan instrumen utama dalam implementasi GBF di tingkat negara. Dokumen ini membantu menyusun peta jalan untuk konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati dan perlindungan ekosistem dalam batas-batas negara.

Negara-negara didorong untuk memperbarui NBSAP guna mencerminkan fokus yang lebih kuat pada hak asasi manusia dan pendekatan berbasis ekosistem yang inklusif dan adil terhadap konservasi, restorasi, dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati.

Baca juga: KLHK: Keanekaragaman Hayati Hadapi Ancaman Kepunahan Serius

Bumi semakin krisis

Untuk diketahui, alam sedang dalam krisis. Populasi satwa liar global telah anjlok rata-rata 73 persen dalam 50 tahun, menurut penilaian ilmiah yang dibuat pada bulan Oktober 2024.

Krisis keanekaragaman hayati tidak hanya terjadi pada spesies selain manusia. Sebab, manusia juga bergantung pada alam untuk mendapatkan makanan, air bersih, dan udara untuk bernapas.

NBSAP yang efektif harus menggabungkan proses pemantauan dan evaluasi yang kuat untuk memastikan implementasi kerangka kerja yang efektif.

Di satu sisi, diskusi tentang keanekaragaman hayati dan perubahan iklim semakin relevan.

Penyelarasan pembaruan NBSAP dengan instrumen utama Perjanjian Paris seperti rencana adaptasi nasional dan kontribusi yang ditentukan secara nasional menjadi sangat penting.

Baca juga: China Berkomitmen Terapkan Tata Kelola Keanekaragaman Hayati

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau