Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CFO Pertimbangkan AI Sebagai Solusi Masalah Pelaporan Data ESG

Kompas.com - 29/10/2024, 19:37 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Eksekutif keuangan di seluruh dunia mengungkapkan kekhawatiran tentang keandalan data pelaporan keberlanjutan, yang memperlihatkan skeptisisme tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi target sustainability.

Kesimpulan tersebut merupakan hasil Survei Pelaporan Perusahaan Global Ernst & Young (EY) 2024 dari lebih 2.000 pemimpin sektor keuangan dan 815 investor institusional di seluruh dunia.

Mengutip Sustainability Magazine, Selasa (29/10/2024) survei menemukan bahwa 96 persen CFO memiliki kekhawatiran tentang integritas dan keandalan data non finansial organisasi mereka.

Hal ini menjadi krisis kepercayaan tersendiri bagi mereka. Terlebih lagi, itu muncul ketika pengawasan terhadap kinerja lingkungan semakin intensif.

Tekanan dari Investor

Lantas apa yang mendorong kekhawatiran pada pemimpin keuangan ini?

Baca juga:

Laporan EY menunjukkan bahwa ternyata lebih dari dua pertiga pemimpin keuangan banyak ditanyai tentang metrik non finansial oleh investor dibandingkan dengan dua tahun lalu.

Itu menunjukkan semakin pentingnya data lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam keputusan investasi.

Namun, studi tersebut mengungkap beberapa tantangan signifikan dalam pengelolaan data, dengan 39 persen responden melaporkan masalah dengan format data dan 35 persen menyebutkan ketidakkonsistenan.

Hal tersebut menyebabkan pemimpin keuangan khawatir (55 persen) tentang potensi tuduhan seperti greenwashing di industri mereka.

Selain itu juga pemimpin keuangan merasa standar pelaporan untuk pengungkapan keberlanjutan sangat rumit (44 persen).

"Kekhawatiran para pemimpin keuangan seputar kemampuan bisnis untuk memenuhi tujuan penting menggarisbawahi semakin pentingnya membangun kepercayaan dalam pelaporan mengenai upaya keberlanjutan", kata Nicolas Lecoq, Pemimpin Layanan Konsultasi Akuntansi Keuangan Global EY.

"Konsumen, pemegang saham, regulator, dan investor makin meminta pertanggungjawaban perusahaan atas dampak lingkungan dan komitmen mereka terhadap praktik berkelanjutan," paparnya lagi.

AI Sebagai Solusi

Kecerdasan buatan (AI) pun disebut dapat menawarkan solusi potensial untuk mengatasi tantangan pelaporan tersebut.

Baca juga:

Survei menemukan bahwa 57 persen investor percaya AI dapat bermanfaat dalam menilai kredibilitas dan keakuratan pengungkapan keberlanjutan.

Sementara 51 persen berpikir AI dapat membantu mengidentifikasi perbedaan dalam laporan perusahaan.

Namun, adopsi teknologi AI menghadapi beberapa tantangan. Hanya 43 persen pemimpin keuangan yang menyatakan antusiasme tentang penerapan AI dalam pelaporan perusahaan.

Sementara sebanyak 29 persen lebih memilih untuk menunggu hingga risiko teknologi dipahami dengan lebih baik. Lalu ada kekhawatiran biaya (39 persen) dan kekhawatiran kepatuhan regulasi (36 persen) juga menghadirkan hambatan signifikan terhadap adopsi.

Keadaan infrastruktur teknologi saat ini memperparah tantangan ini, dengan hanya sepertiga organisasi yang melaporkan bahwa mereka memiliki sistem canggih untuk manajemen dan analisis data.

"Meskipun AI masih dalam tahap awal adopsi dan jelas bahwa banyak pemimpin keuangan khawatir tentang potensi biaya, kepatuhan, dan risiko yang lebih luas, tapi tidak diragukan lagi potensinya yang sangat besar untuk mengubah analisis data dan pelaporan perusahaan demi kepentingan semua orang," catat Lecoq.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau