Akan tetapi mengurangi limbah elektronik yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan bukannya tanpa tantangan. Selain butuh inisiatif pengumpulan dan daur ulang limbah elektronik agar tidak berakhir di tempat pembuangan sampah, masih ada hambatan lainnya.
Keamanan data merupakan tantangan utama karena perusahaan sering kali menghancurkan perangkat bekas untuk melindungi informasi sensitif. Sehingga perlu teknologi penghapusan data yang aman yang memungkinkan penggunaan kembali teknologi tanpa mengorbankan privasi.
Daur ulang juga tetap mahal untuk penanganan biaya bahan berbahaya yang aman.
Peneliti pun menyebut perlu standar industri untuk penggunaan perangkat keras yang berkelanjutan serta kerja sama lintas batas dalam pengelolaan limbah dalam mengatasi masalah tersebut.
Global E-Waste Monitor sendiri memperkirakan bahwa hanya 22 persen sampah elektronik yang didaur ulang secara formal, dengan sebagian besar berakhir di sistem daur ulang informal di negara-negara berpenghasilan rendah, di mana metode pemrosesan yang aman biasanya tidak tersedia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya