Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Air yang Dikonsumsi untuk Pertanian Terus Meningkat

Kompas.com - 30/10/2024, 17:45 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sebuah studi baru yang dilakukan oleh peneliti di Universitas Twente, Belanda menyoroti perubahan jumlah air yang dikonsumsi manusia untuk menanam tanaman utama dunia.

Dalam studi ini, peneliti mengamati 175 tanaman dari periode 1990-2019 yang dikaitkan dengan penggunaan air hijau dan biru. Air hijau mengacu pada air yang berasal dari curah hujan dan air biru berasal dari irigasi dan air tanah.

Hasil studi menemukan sejak tahun 1990, total penggunaan air global telah meningkat hampir 30 persen atau 1,55 triliun meter kubik.

Baca juga:

"Perkiraan penggunaan air untuk tahun 2019 adalah 6,8 triliun m3 air yang berarti sekitar 2400 liter per orang per hari," papar Oleksandr Mialyk, peneliti studi ini.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa jumlah air yang kita konsumsi terus bertambah, yang dapat memperburuk berbagai masalah lingkungan dan sosial ekonomi yang sudah ada.

Faktor Pendorong Peningkatan

Seperti dikutip dari Phys, Rabu (30/10/2024) hampir 90 persen total peningkatan penggunaan air terjadi antara tahun 2000 hingga 2019.

Menurut peneliti hal tersebut dikaitkan dengan tiga pendorong. Pertama, globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang dipercepat secara substansial meningkatkan konsumsi berbagai tanaman dan produk tanaman impor.

Kedua, pola makan global beralih ke produk yang lebih banyak menggunakan air seperti produk hewani, minuman manis, dan makanan manis dan berlemak.

Ketiga, keamanan energi dan agenda hijau dari banyak pemerintah mendorong produksi biofuel berbasis tanaman.

Baca juga: Global Head Water CDP: Pengelolaan Air Jadi Isu Penting Rantai Pasok Global

Perubahan sosial ekonomi tersebut sebagian besar mendukung budidaya tanaman pangan fleksibel atau tanaman yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk.

Misalnya, tiga tanaman pangan terbesar yakni kelapa sawit, kacang kedelai, dan jagung dapat menjelaskan setengah dari total peningkatan air untuk pertanian antara tahun 1990-2019.

Lebih lanjut, peneliti menyebut India, Tiongkok, dan Amerika Serikat adalah konsumen air terbesar.

Namun, peningkatan penggunaan air sebagian besar terjadi di daerah tropis, yang sering kali disertai dengan dampak lingkungan lainnya, termasuk penggundulan hutan dan hilangnya keanekaragaman hayati.

"Wilayah ini menawarkan kondisi geografis yang optimal untuk produksi tanaman pangan sementara kebijakan pertanian yang menguntungkan menarik investasi dari perusahaan agrifood besar," jelas peneliti.

Baca juga: Konsumen Tak Familier dengan Pertanian Regeneratif

Akibatnya, beberapa wilayah menjadi semakin terspesialisasi dalam sejumlah kecil tanaman yang membutuhkan banyak air, seperti kelapa sawit di Indonesia atau kedelai dan tebu di Brasil.

Terus Berlanjut

Data peneliti juga menunjukkan bahwa manusia akan terus meningkatkan konsumsi air untuk produksi tanaman dalam beberapa dekade mendatang.

Menurut peneliti lebih banyak tanaman yang diproduksi akan memberi lebih banyak tekanan pada sumber daya air yang terbatas di seluruh dunia.

Namun mungkin ada skenario yang optimis untuk mengatasi masalah ini. Misalnya dengan mengalihkan produksi tanaman ke wilayah yang tidak terlalu kekurangan air, mengadopsi pola makan yang tidak terlalu membutuhkan banyak air, dan meminimalkan kebutuhan akan biofuel.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa kita memiliki banyak masalah dan sekarang saatnya untuk mencari solusi demi masa depan produksi tanaman yang lebih berkelanjutan dalam hal air," tulis peneliti.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Penggunaan Pupuk Kimia Tinggi, Tanda Pertanian Indonesia Belum Berkelanjutan
Penggunaan Pupuk Kimia Tinggi, Tanda Pertanian Indonesia Belum Berkelanjutan
LSM/Figur
Populasi Hiu Paus Kian Terancam, Dibutuhkan Rencana Aksi Nasional Baru
Populasi Hiu Paus Kian Terancam, Dibutuhkan Rencana Aksi Nasional Baru
Pemerintah
Energi Bersih Diperkirakan Gantikan 75 Persen Kebutuhan Bahan Bakar Fosil
Energi Bersih Diperkirakan Gantikan 75 Persen Kebutuhan Bahan Bakar Fosil
Pemerintah
Setelah 20 Tahun, WTO Resmi Larang Subsidi Perikanan Ilegal dan Merusak
Setelah 20 Tahun, WTO Resmi Larang Subsidi Perikanan Ilegal dan Merusak
Pemerintah
Menteri LH: Tanggul Beton di Cilincing Kantongi Persetujuan Lingkungan
Menteri LH: Tanggul Beton di Cilincing Kantongi Persetujuan Lingkungan
Pemerintah
Asia Tenggara Kini Jadi Magnet Hijau, Banjir Dana Iklim
Asia Tenggara Kini Jadi Magnet Hijau, Banjir Dana Iklim
Swasta
Lewat SuperSUN, PLN Hadirkan Energi Terbarukan untuk Dukung Pemerataan Akses Teknologi Pembelajaran di Maluku Utara
Lewat SuperSUN, PLN Hadirkan Energi Terbarukan untuk Dukung Pemerataan Akses Teknologi Pembelajaran di Maluku Utara
BUMN
ITDC Perkuat Konservasi Kawasan KEK Mandalika melalui Penanaman Mangrove
ITDC Perkuat Konservasi Kawasan KEK Mandalika melalui Penanaman Mangrove
BUMN
Inisiatif Global Baru: IUCN Bentuk Kelompok Konservasi Mikroba
Inisiatif Global Baru: IUCN Bentuk Kelompok Konservasi Mikroba
Pemerintah
Kembangkan Kapasitas PLTN, Asia Tenggara Perlu Investasi 208 Miliar Dollar AS
Kembangkan Kapasitas PLTN, Asia Tenggara Perlu Investasi 208 Miliar Dollar AS
Swasta
Derawan Bangun TPS3R, Dorong Pariwisata Berkelanjutan
Derawan Bangun TPS3R, Dorong Pariwisata Berkelanjutan
LSM/Figur
KTM Solutions Ingatkan Laporan ESG Bukan Sekadar Dokumen Kepatuhan
KTM Solutions Ingatkan Laporan ESG Bukan Sekadar Dokumen Kepatuhan
Swasta
Kemenhut Buka Loker Tenaga Operator Input Data PPKH, Ini Syaratnya
Kemenhut Buka Loker Tenaga Operator Input Data PPKH, Ini Syaratnya
Pemerintah
AHY: Kami Harus Mengatasi Kemacetan
AHY: Kami Harus Mengatasi Kemacetan
Pemerintah
Bappenas Minta AHY Ikuti Jejak Ali Sadikin Bangun Kota Berkelanjutan
Bappenas Minta AHY Ikuti Jejak Ali Sadikin Bangun Kota Berkelanjutan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau